PCR Normal

Yang paling senang atas penurunan tarif PCR itu tentu Garuda Indonesia dan Citilink. Terutama Citilink. Anak perusahaan Garuda ini masih mampu terbang di banyak jam dan di banyak rute. Sudah jauh mengalahkan bapaknya.

Surabaya-Jakarta, misalnya, Citilink sudah bisa terbang 13 kali sehari. Garuda tinggal 3 kali sehari.

Citilink memang mampu membayar BBM ke Pertamina. Juga mampu membayar cicilan dan sewa pesawat. Sedang Garuda sudah serba sulit. Bukan saja menghadapi Pertamina, tapi juga pemasok yang lain. Terutama pemasok onderdil. Yang kini hanya mau kirim barang kalau dibayar kontan.

Lion Air hampir tidak terpengaruh oleh penurunan tarif PCR itu. Lion sudah mampu “menurunkan” sendiri. Sejak tiga bulan lalu. Itu karena Lion membeli sendiri bahan-bahan dan peralatan PCR/Antigen. Lalu menyerahkannya ke poliklinik yang ia tunjuk. Yakni klinik yang sudah dapat izin tes Covid dari pemerintah.

Di klinik-klinik itulah-di banyak kotaLion bisa memfasilitasi penumpangnya untuk PCR murah. Sudah Rp 275.000 sejak lama. Mungkin segera menjadi Rp 250.000. Agar tetap lebih murah dari ketentuan baru pemerintah. Begitulah “bocoran” yang saya dapatkan.

Selasa kemarin Lion sudah bisa menerbangkan 170 pesawat. Dengan jumlah penumpang sudah lebih 120.000 orang sehari itu.

Lion sudah hampir normal. Lion bisa curi start. Jakarta-Bali saja, hari itu, sudah 17 kali penerbangan. Dengan jumlah penumpang sudah melewati angka 6.000 orang.

Lion memang bisa kulakan PCR dengan harga normal: Rp 100.000 per kit. Tentu masih harus ditambah biaya-biaya lain: tenaga, ongkos kirim

ke klinik-klinik, dan fee untuk klinik. Bisa jadi Lion justru masih bisa dapat untung dari PCR-nya 0 yang murah.

Tentu Lion tidak bisa menetapkan harga terlalu murah-bisa dikerdipi kanan-kiri-atas-bawah.