PCR Karantina

Setiba di Bandara Dubai saya langsung digiring ke tempat PCR. Terlihat sangat canggih (sayang saya tidak boleh memotret).

Intinya begitu sampai di tempat PCR, petugas melakukan scan passpor saya. Lalu dilakukan pengambilan cairan dari hidung dan tenggorokan.

Langkah ketiga, saya ditanya: tinggal di mana. Saya sebutkan nama hotel yang tidak jauh dari bandara.

Hanya itu.

Saya diminta langsung menuju imigrasi. Paspor saya distempel. Saya langsung boleh keluar. Boleh langsung menuju hotel.

Naik apa?

Saya dipersilakan pakai kendaraan sendiri. Tidak perlu pakai bus khusus. Tidak ada kendaraan khusus seperti itu.

Maka saya pilih naik taksi.

Saya pun bertanya: kenapa enggak bareng dengan penumpang lain untuk hotel yang sama?

Kata mereka, risiko penularan di bus lebih besar. Ini menarik hati saya. Bahwa mereka menganggap penularan dalam mobil besar lebih berbahaya dari di pesawat dan di bandara.

Di Dubai kita bebas makan, minum, meeting, selama kita menggunakan masker dan tidak bergerombol .

Alhamdulillah hasil pertemuan berjalan dengan baik. Di pertemuan itu saya akhirnya bisa meyakinkan mereka: agar mau datang ke Indonesia. Akhir mereka mau, akhir bulan November ini.

Pulanglah saya ke Indonesia. Dalam perjalanan pulang saya mendengar berita ini: bahwa karantina cukup 3 hari bila telah vaksin dua kali. Kami sangat bahagia. Kami semua. Investor pasti senang dengan berita itu.