Pasukan AS Mundur Dalam Tiga Tahun

Ditengah-tengah keputusan Presiden Barack Obama yang akan mengerahkan 30.000 pasukan AS ke Afghanistan, namun diangkat pernyataan yang menyatakan pasukan AS akan mundur dri Afghanistan dalam waktu tiga tahun. Ini sangatlah paradok dengan keputusan politik yang diambil Gedung Putih.

Presiden Barack Obama akan menyampaikan kepada rakyat Amerika Serikat bahwa pasukan AS akan mundur dari Afghanistan dalam tiga tahun. Hal ini disampaikan seorang pejabat tinggi Amerika yang menambahkan bahwa pernyataan itu akan dipaparkan melalui pidato nasional di televisi. Dalam pidato tersebut Presiden Obama juga akan mengumumkan pengiriman 30.000 pasukan tambahan dalam enam bulan ke depan.

Obama sebelumnya telah meminta sekutu-sekutu NATO menambah pasukan tempur sebanyak 10.000 personil. Prancis menyatakan menolak sedangkan Jerman menunda keputusan mengenai penambahan pasukan tersebut. Inggris sementara itu memutuskan untuk menambah pasukan sebanyak 500 tentara.

‘Hancurkan Taliban’

Pengumuman itu akan dilakukan Obama dalam pidato di akademi militer West Point. Dia juga diperkirakan akan membebarkan rentang waktu awal mengenai seberapa lama militer AS di negara itu akan berjalan. Saat ini Amerika mengerahkan 68.000 tentara di Afghanistan, sementara jumlah total tentara asing di negara itu mencapai lebih dari 100.000 orang.

Pengumuman presiden Amerika ini dilakukan ditengah meningkatnya kekhawatiran dalam negeri mengenai perang delapan tahun di afghanistan itu. Tentara tambahan ini diperkirakan akan memusatkan perhatian dalam menghancurkan Taliban di wilayah Selatan dan timur yang tidak stabil. Presiden Barack Obama telah menjelaskan strategi militer baru ini kepada presiden Hamid Karzai.

Tentu, strategi Obama ini, tak terlepas dari janjinya di masa kampanye dalam pemilihan presiden AS, di mana Obama dengan sangat tegas berjanji akan mengakhiri segala pengaruh dan kekuatan Taliban. Baik di Afghanistan dan Pakistan. Langkah deteren secara militer dengan pengerahan militer secara massif ini, diharapkan dalam tiga tahun dapat mengakhiri pengaruh dan kekuatan Taliban. Terutama di di wilayah Timur dan Selatan Afghanistan, yang berbatasan dengan Pakistan.

Pandangan Obama ini paralel dengan para pemimpin Partai Likud yang sekarang berkuasa di Israel, seperti Benyamin Netanyahu, yang secara tegas menyatakan, bahwa ancaman keamanan global sekarang ini, bukanlah Iran dan Korea Utara, yang memiliki arsenal nuklir, tetapi yang menjadi ancaman global sekarang ini adalah Pakistan dan Afghanistan.

Pakistan dan Afghanistan Sumber Kekacauan Global

Para pengambil kebijakan di bidang keamanan, khususnya mereka yang duduk di NSC (National Security Council), seperti Menhan Robert Gate, Menlu Hallary Clinton, Ketua NSC Laksamana James Jone, dan Kepala Staf Gabungan Pasukan AS, Jendral Mc. Mulen, semua mempunyai pendapat yang sama, bahwa Pakistan dan Afghanistan akan menjadi sumber ancaman keamanan yang bersifat global.

Karena, Pakistan dan Afghanistan, di mana tempat bersemainya gerakan-gerakan Islam, yang sangat anti kepada Barat dan Israel, yang memiliki kemampuan dibidang militer. Taliban dan Al-Qaidah, dua kekuatan yang merupakan ‘global netwok’ bagi gerakan militer, yang didasari ideologi Islam, yang sangat puritan, dan ini akan menjadi ancaman bagi kepentingan Barat di mana saja.

Karena itu, persepsi yang dimiliki Taliban dan Al-Qaidah adalah sebuah kekuatan yang sangat berbahaya, yang harus dieliminasi dari kedua wilayah itu. Apalagi, kelompok gerakan ini memiliki basis dukungan yang kuat, seperti suku-suku di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan, yang sampai sekarang mendukung menjadi tulang punggung gerakan ini.

Maka, tujuan pengerahan pasukan yang dilakukan oleh Presiden Obama ini, yang disebut ingin menuntaskan, tak lain menghancurkan seluruh kekuatan Taliban dan Al-Qaidah, termasuk persenjataan dan infrastruktur yang mereka miliki. Dalam beberapa tahun ini langkah militer yang massif yang dilakukan oleh ‘Washington adalah bertujuan mengakhiri seluruh pengaruh dan kekuatan Taliban dan Al-Qaidah dari kedua negara itu.

Pasukan AS Desersi?

Pengiriman pasukan tambahan dari AS ini, tak akan berpengaruh bagi kemenangan perang AS dan sekutunya di Afghanistan. Karena mereka tidak memiliki motivasi dan tujuan yang jelas dalam berperang. Peristiwa yang terjadi di AS,  di Fort Hood, di mana seorang perwira militer AS, Mayor Malik, yang melakukan penembakan massal, yang menyebabkan 13 orang tentara AS mati seketika, dan puluhan lainnya yang luka-luka, hanyalah menggambarkan penolakan mereka berperang di medan tempur di Iraq dan Afghanistan.

Banyak kalangan militer AS yang ditempatkan di Afghanistan yang desersi, lebih dari 5.000 tentara AS, yang disersi. Sekarang dikalangan militer dan polisi  Afghanistan melakukan desersi dan membelot kepada pejuang Taliban. Banyak operasi militer yang gagal, karena informasi itu bocor, dan masuk ke Taliban, sehingga gerakan militer dari pasukan Nato dan AS di Afghanistan mengalami kegagalan.

Selain iltu,secara politik pemerintahan Hamid Karzai tidak memiliki dukungan yang kuat dikalangan rakyat. Karzai hanya berhasil membentuk oligarki, yang sangat elitis, dan jauh dari rakyat. Kekuasaannya hanya bisa bertahan berkat dukungan dari AS. Hal ini seperti dikemukakan Dubes AS, di Afghanistan, Karl Eikenberry, yang menolak pengiriman pasukan AS ke Afghanistan. Karena birokrasi di negeri bobrok, yang sangat korup.

Menurut Eikenberry itu masuknya AS ke Afghanistan, hanyalah akan mengulangi peristiwa seperti di Vietnam, yang memerosokkan AS ke dalam rawa-rawa perang, yang akhirnya mengalami kekalahan. Tak ada dukungan dari rakyat Afghanistan, yang menyebabkan Karzai hanyalah sebuah boneka, yang tidak dapat menjalankan fungsi pemerintahan secara efektif, dan pada gilirannya AS akan kehilangan kesempatannya, menang dan menggusur Taliban dan Al-Qaidah dari Afghanistan dan Pakistan.

Pakistan yang rawan dan penuh dengna konflik  dan kekuasaan Presiden Asif Zardari, yang lemah, dan sangat bergantung dari dukungan militer, tak mungkin dapat bertahan lama.

Berapa lama militer Pakistan dapat menghancurkan kekuatan Taliban dan Al-Qaiah, yang sebenarnya mendapatkan simpati dari rakyat, dan kebencian yang mendalam dari partai-partai yang ada di Pakistan, sudah dapat diprediksi akan memupuskan semua harapan yang diinginkan oleh AS untuk menghancurkan musuh utama mereka, yaitu Taliban dan Al-Qaidah.

AS dan Sekutunya hanyalah mimpi, ingin menghancurkan Taliban dan Al-Qaidah. Karena, mereka mendapatkan dukungan dari rakyat dan gerakan-gerakan Islam, yang puritan sangat menentang kehadiran AS di wilayah itu. (m)