Pasangan AMIN dan Strategi ‘Devide et Empire’

Di sinilah kita sadari bahwa takdir Allah mempertemukan Amin (Anies dan Muhaimin) dalam proses pencalonan ini memiliki nilai besar dalam proses rekonsiliasi dan kesatuan umat. Bagaimanapun juga, berbeda dari Partai yang dilihat berafiliasi dengan Muhammadiyah, PKB sangat disadari dan diakui oleh warga Nahdhiyin sebagai Partai berafiliasi Nahdhiyah. PKB tidak bisa dipisahkan dari ruh kyai-kyai besar NU (dikenal Kyai Langitan) yang membersamai Gus Dur mendirikan Partai ketika itu.

Maka dengan segala kekurangannya yang ada, termasuk karena perbedaan bahkan perpecahan dengan keluarga Gus Dur (saat ini diwakili secara formal oleh Yeni Wahid), PKB masih dianggap sebagai Partai grass root dan Partai kyai-kyai Nahdhiyin. Bahkan walaupun beberapa petinggi PKB maju dalam pencalonan di daerah tertentu bukan dengan dukungan PKB, Khofifah di Jatim misalnya, tetap tidak bisa dipisahkan dari warna Nahdhiyah.

Di sisi lain, minimal lima tahun terakhir sejak terpilihnya menjadi Gubernur Jakarta, Anies dipersepsikan sebagai politisi yang dipromosikan oleh kelompok kanan, yang biasa dilabel dengan Islam garis keras bahkan Islam fundamentalis (condong ke radikalis). Apalagi pencalonan Anies di Jakarta dikomandoi oleh PKS, yang kemudian didukung oleh Gerindra setelah Sandiaga Uno yang awalnya dicalonkan oleh Gerindra sadar akan realita dan rela menjadi orang kedua. Jadilah Anies sebagai calon dari PKS dengan dukungan Gerindra. Jadi sesungguhnya Anies tidak dicalonkan oleh Partai Gerindra seperti hang diakui Prabowo di debat lalu.

Anies kemudian lebih kental dilabeli Islam garis keras dengan terlibat langsungnya gerakan 212 di bawah komando Imam Besar FPI ketika itu, Habib Rizik. Dengan terlibat langsungnya FPI mendukung pencalonan Anies dari non Partai, lengkaplah pelabelan Anies sebagai representasi Islam kanan atau Islam fundamentalis. Semua itu semakin runyam pula dengan PSI yang anti Islam yang kehadirannya seolah memang hanya untuk menghabisi Anies dan gerakan politik Islam.

Selama memimpin Jakarta para “Anies haters” membangun imej yang sangat terbuka jika Anies adalah representasi politik identitas, bahkan politik intoleran. Semua itu dibangun di awan-awan yang secara nyata paradoksikal dengan kenyataan di lapangan. Realitanya Anies oleh banyak kelompok non Islam di Jakarta dianggap Gubenur yang paling toleran dan paling berhasil menyelesaikan berbagai tantangan yang sebagian kelompok non Islam rasakan selama ini. Anieslah sebagai Gubenur Jakarta dalam sejarahnya yang paling banyak mengeluarkan IMB rumah ibadah non Islam.

Pada tataran lain, ada juga yang berusaha membelah umat kepada Islam radikal dan Islam moderat. Semua yang radikal adalah mereka yang non Nahdhiyin. Sementara yang moderat seolah hanya mereka yang berafiliasi Nahdhiyin. Secara umum seolah Nahdhiyin itu sebagai organisasi Islam terbesar di tanah air bersama Muhammadiyah merupakan lawan dari elemen-elemen Islam lainnya.

Maka dengan berpasangannya Anies dan Muhaimin, apalagi termasuk di dalamnya dukungan dua Partai yang selama ini dibelah (PKB-PKS) semakin menjadikan pihak-pihak yang punya i’tikad buruk kepada umat ini semakin sakit hati. Mereka tidak akan pernah ridho umat ini bersatu. Dan upaya yang mereka lakukan selama ini, bahkan sejak zaman orde lama dan orde baru, seolah mengalami kegagalan.

Itulah sebabnya kita sesungguhnya tidak terkejut ketika terasa semua kekuatan (lain) disatukan dengan cara halus (maupun kasar) untuk mengganjal pencapresan Anies. Dan dengan menyatunya Anies dan Muhaimin menjadi simbol bersatunya kekuatan-kekuatan umat yang selama ini dicerai beraikan dengan strategi “devide et empire”. Akibat dari pemecah belahan umat inilah yang kita rasakan pahit getirnya hampir dalam segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lalu Kapan umat ini akan tersadarkan?

London City, 26 Desember 2023

(fajar)

Beri Komentar

5 komentar

  1. Perlu disadari bahwa bergabungnya PKB dg PKS sebenarnya hanya karena ambisi besar cak Imin ingin menjadi Cawapres andai tidak menjadi cawapres dapat dipastikan PKB tdk akan bergabung. Politik identitas sdh menjadi label ARB dimulai saat maju sebagai Cagub DKI Jakarta itu tdk bisa terbantahkan sampai sekarang. Lantas apa yg mendasari PSI disebut partai anti Islam kalau didalam kepengurusannya banyak yg muslim, jangan membelokkan fakta dilapangan hanya untuk memperoleh simpati warga Nahdiyin khususnya. Bagaimanapun Prabowo-Gibran masih terbaik diantara dua Capres-Cawapres yg lain.

    1. Sayang, anda tidak mampu membaca dg jeli karena kacamata kuda kebencian yg sejak awal anda pakai, sehingga anda tak bisa dan tak akan bisa melihat d adil. Cobalah pakai kacamata akal sehat, insyaallah anda akan bisa adil.

  2. Lupa dg sejarah perseteruan habib Rizieq dan gusdur,simpatisan masing masing tdk bisa lupa,sistem kasta kalo golongan tertentu merasa kastanya lebih tinggi 1: 70
    Kalo politik identitas sudah jelas gk sepaham gk disholatkan jenazahnya