Israel dan para pendukungnya tengah berlomba-lomba memperbaiki gambaran pemerintahan baru negara itu. Pemerintah Israel, seperti yang kita semua tahu, dibentuk dari manifestasi kelompok fasis atas supremasi Yahudi dan perlakuan rasis terhadap bangsa Palestina selama lebih dari 60 tahun.
Bulan ini, perdana menteri Israel Benyamin Netanyahu dan menteri luar negerinya Avigdor Lieberman tengah berkampanye meyakinkan para pemimpin negara Barat bahwa rakyat Palestina tidak begitu memerlukan kemerdekaan dan kebebasan, dan rakyat Palestina hanya cukup diberi sekerat roti dan beberapa makanan suplemen lainnya.
Netanyahu, yang dijadwalkan mengunjungi Washington D.C. bulan ini, adalah penganut fanatik madzhab "kekuatan pikiran Yahudi." Tidak heran jika ia sangat yakin bahwa ia akan mampu meyakinkan presiden AS Barack Obama bahwa prioritas untuk Palestina adalah perbaikan ekonomi, bukan kemerdekaannya, termasuk juga bukan hak hidup.
Netanyahu adalah seorang provokator ulung, pembohong kawakan. Dia sering sekali mengatakan apa yang dia tidak maksudkan dan atau sebaliknya memaksudkan apa yang ia tidak katakan. Dia bersikeras bahwa meningkatkan proganda kosong tentang Yahudi akan membentuk komunitas besar Yahudi, terutama di AS dan Eropa, dan hal itu bisa membalikan mata serta kenyataan bahwa pendudukan Israel di West Bank adalah usaha lain dari pembersihan etnik di Yerusalem Timur.
Saat ini Netanyahu tengah menggembar-gemborkan kampanye "ancaman Iran" yang tidak ada apa-apanya dan hanya sekadar sebuah kamuflase belaka. Usaha ini ditengarai sebagai pengalih perhatian pada masalah besar dunia pada Palestina. Ia dengan samar mengatakan prospektif Palestina sebagian bagian dari "Judea dan Samaria" (wilayah yang dicaplok Israel dari Yordania pada tahun 1967) dan tengan menyiapkan semua portofolio yang diperlukannya.
Berbeda dengan Lieberman, dia mungkin akan lebih jujur tentang pemerintahannya. Lieberman dinilai belum begitu menguasai skil hasbara (kampanye Yahudi), dan ia lebih gamblang dalam mengungkapkan berbagai hal kepada media. Dalam beberapa pekan ini, Netanyahu menganjurkan Lieberman agar bisa berbicara kepada media seperti kepada konstituen garis kanannya.
Misalnya saja, Netanyahu telah berulang kali mengatakan kepada Lieberman untuk menyetujui konsep dua negara pada media. Lieberman juga telah membuat Israel belingsatan dengan mengatakan bahwa AS sesungguhnya berada dalam kendali Israel. Sekarang, Lieberman bahkan sampai disewakan sebuah konsultan humas untuk memberikan konferensi pers.
Pada kenyataannya, Israel telah menutup kemungkinan bahwa mereka tidak akan memberikan tempat sama sekali kepada Palestina. Rencananya, Israel akan menempatkan orang-orang Palestina dalam sebuah wilayah kecil yang akan dikontrol langsung oleh Gendarmes, sebuah badan militer, polisi dan intelijen yang telah dilatih khusus oleh CIA. Orang Palestina yang berani memprotes akan dilenyapkan di tempat.
Inilah yang akan melenyapkan bangsa Palestina secara nyata. Israel merencanakan ini bersama negara-negara Barat dan sebagian negara Arab. Dengan melakukan hal ini, maka Israel akan berhasil meminggirkan rakyat Palestina. Rencana Israel lainnya adalah menjual AS dan Eropa kepada Hamas sebagai usaha melumerkan gerakan perlawanan Hamas dan mau mengakui Israel serta rakyat Yahudinya, suatu usaha yang dinilai akan gagal total karena Hamas tidak akan mau kompromi model begini. Kecuali Otoritas Palestina lewat Mahmoud Abbas yang sudah menyetujui tuntutan Israel.
Dunia internasional sendirinya tampaknya tidak keberatan dengan konsep dua negara Israel. Eropa dan AS telah menyatakan bahwa tuntutan Israel akan konsep dua negara adalah sesuatu yang logis, rasional dan tidak berlebihan. Selain itu, karena dunia juga tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk menghentikan Israel .
Padahal kita harus menyadari suatu hal di balik hal ini. Mengakui Israel sebagai negara Yahudi akan memberikan implikasi bahwa Israel akan punya kekuatan hukum dan hak untuk mengusir bangsa non-Yahudi, terutama bangsa Arab yang jumlahnya hanya 1,6 juta. Ini mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tapi jelas sebuah keniscayaan di masa mendatang.
Israel akan menyangkal hal ini, seperti yang sudah-sudah. Mereka akan mengerahkan berbagai medianya di seluruh dunia untuk mengkover hal ini, dan akan memberikan implikasi yang besar. Pertama, karena pemerintahan Netanyahu hanya menggunakan isu negara Yahudi sebagai strategi perampokan dan melemparkannya kepada pengadilan Palestina. Dan kedua, karena orang Palestina mengakui negara Yahudi, maka hal itu akan membuat legal deportasi rakyat Palestina.
Inilah mengapa rakyat Palestina dan para pendukungnya harus terus mengatakan tidak untuk rencana besar Yahudi akan konsep dua negara.(sa/pic)