Narasi Kedua, ternyata di satu sisi, secara National Security, Wuhan adalah Center of Gravity, “jantung ekonomi” di Cina berdasar 3G (geopolitik, geostrategi dan geoekonomi), sedang di sisi lain, seperti halnya Xinjiang, mayoritas penduduk di Wuhan adalah muslim. Benar atau tidak, namanya juga iringan narasi, jangan-jangan Cina tengah melakukan ethnic cleansing di Wuhan secara senyap melalui virus. Mengapa? Sebagaimana opini yang beredar, bahwa Kebijakan diskriminasi Cina terhadap muslim melalui kamp konsentrasi di Xinjiang justru menimbulkan kegaduhan publik dan banyak protes dunia atas nama HAM serta solidaritas muslim. Maka di Wuhan ia lakukan secara senyap;
Narasi Ketiga, Wuhan adalah rumah bagi Bio Lake, pangkalan industri terbesar untuk bio-inovasi dan produksi obat eksperimental. Virus korona sengaja dibuat oleh Cina untuk senjata biologis berbasis virus SARS yang pernah melanda Cina pada 2003-an. Kode genetik kedua virus itu 87% serupa dan tidak kebetulan. Maka spekulasi Barat menyebut, bahwa ada kebocoran dan kecerobohan dalam pembuatan senjata biologi yang tengah dipersiapkan oleh Cina. Mengapa? Kebijakan Pemerintah Cina bahwa bioscience akan memainkan peran utama dalam daya saing globalnya. Rencana Lima Tahun ke 13-nya menyebut, “Cina tidak mau ketinggalan revolusi biotek sains kehidupan,” kata Cao Cong, peneliti di Universitas Nottingham, Ningbo, Cina;
Narasi Keempat, inilah hukum karma atau qisas, atau hukum causalitas bagi Cina karena ia telah mengisolasi 10-an juta suku Uighur di Xinjiang, kini Cina harus menuai buah yang ditebarnya. Ia dipaksa mengisolasi hampir 40-an juta warganya sendiri di luar Xinjiang;
Narasi Kelima, ketika Xi Jinping menyatakan: “Tidak ada kekuatan yg mampu mengguncang Cina”, maka ucapan Xi ibarat melempar batu ke langit. Tunggu hukum gravitasinya. Buuum! Baru virus korona yang muncul, Cina sudah kelabakan. Belum lagi virus mercy, mungkin, atau virus toyota atau esemka, dan lain-lain. Kata pujangga, “Cina, jangan bendendang kau!”
Itulah beberapa skenario/narasi pengiring isu Wuhan yang merebak. Untuk narasi ke-4 dan ke-5 itu area Tuhan karena sifatnya nir-akademis, boleh diabaikan karena manusia tidak boleh menjamahnya. sedang skenario lainnya adalah narasi logis karena diambil dari berbagai sumber bacaan.
Demikian adanya, demikianlah sebaiknya.(end)
M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (