Oleh Asyari Usman
Gus Imin (Muhaimin Iskandar) terpojok mendengar pertanyaan Gibran Rakabuming dalam debat pertama cawapres, 22 Desember 2023 (Jumat malam). Tak terduga, Gibran –ketika sesi bertanya ke cawapres lain— menanyakan tentang cara untuk menaikkan posisi Indonesia di bidang perekonoman syariah.
“Karena Gus Muhaimin ini adalah Ketua Umum dari Partai PKB, saya yakin Gus Muhaimin paham, bagaimana langkah untuk menaikkan peringkat Indonesia di SGIE?”. Inilah pertanyaan Gibran yang membuat Cak Imin mengakui terus terang bahwa dia tidak pernah mendengar istilah “SGIE” itu. Sikap Imin apa adanya itu, sudah benar. Karena memang dia tidak pernah dengar SGIE.
Gibran kemudian dengan nada sombong menjelaskan singkatan itu. Sambil minta maaf karena pertanyaan yang dia ajukan agak sulit.
Tapi, begitu Gibran menyebut kepanjangan SGIE adalah State of the Global Islamic Economy, Gus Imin pun menjadi lancar menjelaskan gagasannya. Artinya, jelas sekali Imin sangkut di singkatan itu saja.
Pertanyaan yang mencantumkan singkatan seperti ini pernah juga ditanyakan oleh Jokowi dalam debat capres 2014. Jokowi waktu itu bertanya kepada Prabowo, “Bapak Prabowo, kami ingin bertanya bagaimana cara meningkatkan peran, ini soal rakyat, peran TPID?”
Prabowo tidak tahu bahwa TPID itu adalah Tim Pengendalian Inflasi Daerah.
Ada kesengajaan Jokowi menggunakan singkatan ini. Supaya lawan debatnya dilanda kebingungan; dan supaya Jokowi terlihat hebat setelah menjelaskan singkatan itu. Perlu diingat bahwa Indonesia adalah negara yang kaya singkatan.
Kemudian, dalam debat 2019, Jokowi kembali membuat Prabowo tidak mengerti ketika dia bertanya tentang “Unicorn”. Jokowi bertanya, “Infrastruktur apa yang akan Bapak bangun untuk mendukung perkembangan unicorn Indonesia?”
Prabowo kemudian menerka, “online, online itu ‘kan?” kata Prabowo balik bertanya kepada Jokowi. Jadi, pertanyaan Gibran kepada Gus Imin tentang SGIE itu sama persis tujuannya, yaitu membuat lawan kebingungan.
Nah, apakah pertanyaan seperti sah? Dan apakah boleh dan baik?
Perkara sah, bisa saja disebut sah. Cuma, kemacetan Gus Imin dalam menjawab pertanyaan Gibran gara-gara singkatan itu, tentu ini soal lain. Singkatan itu bukan substansi pertanyaan Gibran. Inti pertanyaan adalah “bagaimana cara menaikkan peringkat Indonesia di SGIE”, bukan “apa itu SGIE”. Gus Imin akhirnya bisa menjelaskan dengan lancar tentang cara menaikkan peringkat dimaksud.
Apakah pertanyaan itu boleh dan baik? Boleh saja kalau tujuannya untuk mempermalukan lawan karena tidak menguasai singkatan yang tidak banyak dibicarakan publik. Tetapi menjadi tidak baik jika kita sendiri tidak ingin dipermalukan orang gara-gara tak tahu singkatan yang tidak umum.
Misalnya, ada materi debat cawapres tentang lingkungan hidup (environment). Gus Imin kemudian bertanya, “Bagaimana cara Anda membantu agar CITES bisa terlaksana dengan serius di Indonesia?”
Spontanitas dan jujur saja, berapa orang di antara Anda yang bisa menjawab pertanyaan ini tanpa mengatakan bahwa Anda tidak tahu apa itu CITES? Singkatan ini lebih umum dibanding SGIE. Coba saja tes sekarang tanpa masuk dulu ke mesin pencari Google.
Jadi, jangan terkesima dengan pertanyaan Gibran seolah-olah dia menguasai masalah ekonomi syariah Indonesia ketika dia mengagetkan Gus Imin dengan pertanyaan SGIE itu. Kalau berani, coba dulu Gibran berdiskusi dengan Gus Imin tentang perekonomian syariah tanpa menyembunyikan singkatan atau akronim yang diucapkan.[]
23 Desember 2023
(Jurnalis Senior Freedom News)
Hapal singkatan itu kelasnya anak SD. Bukan berarti tahu singkatan lalu tahu bgmn solusi atau tahu substansi. Lbh baik tdk tahu singkatan tapi tahu substansi dan solusi.
Itulah.. Buah jatuh ngga jauh dari pohonnya. Ngomong ekonomi ., umkm.. Lha usaha dia sendiri bangkrut. Cm publik yg terlalu tolol yg mau yakin akan kerja dia