Pahlawan Celeng

Untung kita sempat punya pahlawan. Mereka lahir sebelum ada medsos. Sebagian besar pahlawan kita pun bisa tampil sempurna. Bukan pahlawan yang bopeng-bopeng.

Apakah itu berarti hilangnya dorongan untuk menjadi pahlawan di masa depan?
Untuk apa berusaha menjadi menjangan kalau teriakan yang ia/dia dengar selalu menyebut dirinya/nyi celeng?

Kita memang akan terus memperingati Hari Pahlawan. Sambil masa bodoh atas hilangnya motivasi untuk menjadi pahlawan.

Lihatlah lirik lagu Celeng ini:

Zaman sekarang zaman yang aneh
muncul tokoh pun yang aneh-aneh
omongannya remeh temeh
memfitnah sana memfitnah sini
ujaran benci setiap hari
membuat resah seluruh negeri
Banyak pejabat main korupsi
politisinya seenak sendiri
yang penting ambisi pribadi
yang penting nafsunya terpenuhi
mereka melawan hukum dengan tertawa
mereka mainkan hukum dengan gembira
merasa paling suci dan yang lain pendosa
embuskan angin surga dan retorika
Asu-asuan
Sengkuni bertopeng ganda
asu-asuan
Sengkuni tebar pesona
asu-asuan
Sengkuni marasa seperti dewa
suu suu asu asu asu suan
Sengkuni sukanya mengadu domba.

(Dahlan Iskan)