Pahlawan Celeng

Baru di Celeng Dhegleng itulah lagunya ngetop. Tak lain gara-gara kontroversi banteng-celeng. Seorang politikus PDI Perjuangan pusat menilai: yang mendukung Ganjar Prabowo itu bukan banteng, melainkan celeng. Tidak persis begitu, tapi kurang lebih mirip itu.

Mirip ejeken Bonek yang kemudian justru menjadi nama kebesaran, pun julukan celeng.
”Kalau pendukung Ganjar disebut celeng, kami semua adalah celeng.” Kurang lebih begitu kata mereka.

Kok kebetulan sudah ada lagu Celeng Dhegleng itu. Maka, jadilah lagu tersebut lagu kebesaran mereka. Yang lain pun ikut mengaksesnya.

Sebenarnya Sri Krishna bermaksud menjadikan lagunya itu sebagai kritik sosial. Lagu ciptaan Krishna yang lain pun bertema sosial. Termasuk yang judulnya Asu. Ia sama sekali tidak untuk dikaitkan dengan banteng.

Pun saya. Melihatnya dari sisi lain.
”Leng ji, leng beh” adalah fenomena zaman medsos ini. Mungkin memang banyak celeng di negeri ini. Dan celeng itu berbiak demikian cepatnya –seperti melebihi virus. Dan yang tidak mau ketularan dicelengkan sekalian.

Saya pernah ingin jadi pahlawan kecil-kecilan. Saya mau ditugasi memperbaiki grup perusahaan milik pemda yang lagi rusak. Tanpa dibayar. Tanpa dapat fasilitas. Bahkan, keluar uang sendiri.

Suatu saat saya bertanya kepada seorang aktivis. Ia juga seniman. Suka demo. Hidupnya selalu tirakat. Sering ke rumah saya.

Saya mendiskusikan soal korupsi dengan aktivis itu. Yang ia lihat mewabah begitu luasnya. Sampai-sampai masyarakat menilai, katanya, semua orang itu korupsi.

”Berarti, orang seperti saya juga dianggap korupsi?” tanya saya.

”Kalau kita bertanya kepada masyarakat apakah Dahlan Iskan itu korupsi, jawabnya ya korupsi lah,” kata seniman tersebut. ”Hanya mungkin masyarakat menilai korupsinya Dahlan Iskan itu tidak nemen-nemen,” tambahnya.

Saya agak lemes mendengarkan penilaian seperti itu. Tapi, itulah persepsi yang hidup di masyarakat. Tidak ada orang bersih. Leng ji, leng beh.

Semua orang korupsi. Yang tidak ketangkap penegak hukum itu karena tidak ketahuan saja.

Atau kebetulan administrasi korupsinya baik.
Bahkan, yang belum korupsi pun akan dinilai karena belum punya kesempatan. Hanya karena belum punya jabatan. Belum diuji pula dengan posisi yang bergelimang uang.

Pokoknya semua orang harus celeng. Kalau tidak pun akan dicelengkan.