Efek Domino Pembantaian Di Gaza

Meledaknya “penjara” Gaza yang selama ini dikepung oleh Israel, dan “bebasnya” 700.000 warga Palestina yang mendiaminya telah mengubah peta politik di Timur Tengah. Peristiwa ini mungkin hanya bisa disamakan dengan peristiwa runtuhnya Tembok Berlin. Semua aktor utama drama ini—Israel, Mesir, Otoritas Palestina, Arab Saudia, Uni Eropa dan AS—harus i memikirkan kembali kebijakannya.

Penjagalan, Dari Bush Sampai Obama

Setelah selesaii  konsultasi dengan AS, Israel terus menaikan semangat perangnya. Israel  yang  bersandar penuh pada semua yang beraroma AS, mulai dari senjata, keuangan, intelijen, dan tak ketinggalan, yang telah melakukan tugasnya dengan baik, liputan media dan politik. Tidak heran jika kritik atau kecaman yang datang dari berbagai penjuru, termasuk organisasi kemanusiaan atau resolusi Dewan Keamanan PBB lewat begitu saja; seperti juga opini publik yang kini beredar. Arus paham Anti-Semit menjadi tameng bagi moral Israel.

Siapa Yang Akan Menyelamatkan Israel?

Satu per satu, pembenaran yang dikeluarkan oleh Israel akan agresinya mulai terbuka. Semua jajaran petinggi Israel sekarang ini sudah kehabisan langkah; menerangkan agresi ini adalah sebuah perang yang mempertahankan diri sudah kandas kredibiltasnya. Semua foto korban Gaza yang kini banyak beredar menunjukan siapa, dan bagaimana Israel terhadap dunia. Belum lagi, Israel menolak semua bentuk bantuan yang akan masuk ke Gaza.

Masa Depan Yahudi di Palestina

Yang lebih membuat bulu kuduk kita merinding ialah perlakuan kasar dan tidak beradab mereka terhadap nabi Musa dan Allah saat mereka diperintahkan memasuki Palestina setelah lolos dari jajahan Fir’aun sekitar tiga abad lamanya. Allah bahkan menjamin kemenangan jika mereka mau masuk ke Palestina.

Gaza : Antara Mitos dan Fakta

Kalau ke kota Gaza akan menemukan pemandangan yang khas, kafiyeh yang menutupi wajah-wajah, senapan, batu, barikade, dan roket-roket yang ada dipundak para pejuang…

Ada apa dengan Mesir?

Sikap Mesir ini memancing rasa heran dari berbagai pihak baik dari pihak kawan maupun lawan.Qatar, Suriah,Sudan dan Iran sebagai sesame Negara Arab dan Islam tanpa lelah selalu mendesak Mesir untuk membuka pintu Rafah untuk segala fungsi. Presiden Sudan Al Basyir dan pemimpin Libya Qaddafi dengan kesal mengatakan apa gunanya menjadi penguasa Arab jika mendiamkan penduduk Gaza menderita.

Sepekan Holocoust di Gaza

Lebih dari sepekan Holocoust Gaza. Dalam hari-hari itu hanya rakyat Palestina yang menanggung derita. Terpaksa menggigit kepiluan sendiri di tengah milyaran manusia yang berjejalan ingin sekadar menonton tragedi, bukan untuk berusaha menyumbangkan kontribusi penyelamatan. Di Gaza sudah lebih dari 400 orang jiwa hilang, 2000 orang menderita luka-luka, ratusan apartemen lebur ke bumi, dan 75 bayi terbunuh.

Kegagalan Israel Terhadap Palestina

Ketika George Bush, Presiden AS pertama kali memasuki Gedung Putih sebagai Komandan Nomor Satu AS pada tahun 2001, ketika itu orang-orang Palestina tengah meregang nyawa dalam aksi infitifadhah al-Aqsha. Delapan tahun kemudian, ketika Bush akan meninggalkan Gedung Putih, hal yang serupa terjadi: orang-orang Palestina kembali tewas sebagai tebusan agresi keji yang dilancarkan Israel, pelakunya yang masih sama selama 60 tahun terakhir ini. AS, dari dulu sampai sekarang, tetap pada pendiriannya, mendukung Israel dengan segala argumennya.

Skenario Di Balik Holocaust Gazza Jilid II

Israel dan —sebagian— bangsa Arab menilai agresi militer Sabtu (27/12) lalu yang meluluhlantakkan markas kepolisian Palestina di Gazza, penghancuran kantor pemerintahan HAMAS, dan peleburan pelabuhan laut Gazza bukanlah perkara arbitrer (sewenang-wenang). Dibandingkan dengan target kolektif yang memuat kepentingan besar yaitu menghentikan penguasaan HAMAS di Gazza.

Masa Depan Muslim AS?

"Pada dasarnya, Muslim Amerika terlibat dalam proses politik dengan dua cara. Sebagian ikut masuk dalam sistem, misalnya mereka yang memilih menjadi aktivis partai-partai politik. Dan sebagian lagi memilih berada di luar sistem," kata Shaheed Amanullah, analis politik terkemuka di AS.