Kasus ini pun berbau kontroversi. Ada banyak versi muatan politisnya. Hukum mungkin hanya memfokus masalah senjata ilegal semata. Kivlan Zen sendiri merasa sebagai korban dari rekayasa.
Berkat keberanian seorang Kolonel (Purn) di depan Majelis Hakim seusai persidangan maka tergalang simpati dan dukungan agar Majelis Hakim memutuskan bebas kepada mantan Kepala Staf Kostrad tersebut.
Tercatat 800-an bahkan 1000 lebih purnawirawan baik perwira tinggi, perwira menengah maupun pangkat lain yang menyatakan dukungan pembebasan Mayjen Kivlan Zen.
Rintisan Kolonel TNI (Purn) Sugeng Waras tersebut berbuah kebersamaan para purnawirawan yang cukup mengejutkan. Menggambarkan semangat tinggi “old soldiers” untuk tetap berada di medan “tempur”.Membela teman seperjuangan. Mengingatkan sekaligus mungkin juga menampar para prajurit dan perwira aktif.
“The old soldiers never die, just fade away”.
Persoalan yang sering mengubah karakter para serdadu ini adalah dunia politik. Kekuasaan yang menyenangkan dan mengenyangkan karena dapat mengubah watak dari idealisme menjadi pragmatisme. Selalu ingin menjabat dan menjabat. Tak peduli lagi pada nasib dan penderitaan teman seperjuangan.
Teringat “pelesetan” ucapan Richard Nixon atas pernyataan Douglas Mc Arthur soal “old soldiers never die, just fade away” menjadi “politicians usually die, but never fade away”.
Serdadu yang jadi politisi banyak yang menjadi tercemar dan terpapar oleh virus “crowna” pragmatisme dan hedonisme.
Lupa akan barak masa lalu. (*)
Penulis: M. Rizal Fadillah