Para pemimpin Organisasi Pertahanan Antlantik Utara (Nato), di Strasbourg, Perancis, Jum’at, memperingati 60 tahun organisasi itu, di mana Nato telah berhasil mengakhiri Uni Soviet, membuka kekuatan demokrasi, menghentikan pembersihan etnis di Balkan dan Kosovo, dan kembalinya Perancis, yang menjadi anggota penuh organisasi itu. Inilah mungkin arti penting organisasi bagi negara-negara Barat. Tapi, yang sebenarnya, organisasi itu tak lebih sebuah alat Barat, yang digunakan untuk bertindak secara keji terhadap negara yang menjadi sasarannya.
Organisasi ini telah banyak melakukan misi di luar Eropa, seperti keterlibatan Nato di Iraq dan Afghanistan, dan sejumlah negara lainnya. Semua negara, yang dituding dan diberi stigma sebagai ‘ancaman’, maka akan dihancurkan dengan kekerasan senjata yang mereka miliki. Maka, Nato menjadi sebuah alat penjajahan bagi negara-negara lain, yang sebenarnya sudah tidak layak lagi dipertahankan. Apalagi, era perang dingin sudah berakhir, dan tidak ada lagi, apa yang disebut Barat,sebagai ‘ancaman’ atau ‘perang’. Apakah Taliban dan al-Qaidah itu sebuah ancaman yang bersifat global, atau hanyalah sebuah ‘The shadow enemy’ (musuh bayangan), yang memang sengaja diciptakan oleh Barat, guna memberikan legitimasi atas semua tindakan militer mereka lakukan.
Di Strasbourg, Presiden Barack Obama, yang sekarang sedang menjadi ‘bintang tamu’ bagi negara-negara anggota Nato, menyuguhkan sebuah ‘ancaman’ masa depan bagi anggota Nato, apa yang disebut : ‘Al-Qaida’ dan ‘Taliban’. Mereka sebagai musuh yang harus dituntaskan dengan kekuatan militer. Inilah pidato Obama di depan para pemimpin Eropa,yang menjadi anggota Nato. Obama, yang mempunyai posisi kunci dalam Nato, menyatakan perang melawan Al-Qaidah dan Taliban. Dan, dengan perang merupakan sebuah pilihan untuk menghancurkan basis kaum teroris, yang menurut Obama saat ini menjadi ancaman global. Langkah militer ini harus diambil, guna menjamin negara tetangganya Pakistan. AS tidak ingin Pakistan jatuh ketangan kelompok teroris, seperti Al-Qaidah dan Taliban, yang pasti akan membayangkan keamanan global. Ini sebenarnya hanyalah ilusi, dan input yang diberikan intelijen CIA yang sumbernya dari Mossad.
Obama sangat serius melihat kondisi di Asia Selatan (Pakistan dan Afghanistan), yang sekarang dibawah pengaruh Al-Qaidah dan Taliban. Sampai-sampai Obama harus meninggalkan London, yang saat ini berlansung pertemuan G.20, yang membahaskan krisis ekonomi global. Betapa pentingnya kunjungan Obama ke Strasbourg, menghadiri pertemuan para pemimpin Nato,yang menjadi topik, pertemuan itu,tak lain melakukan aktualisasi Nato menghadapi tantangan global, khususnya menghadapi ancaman terorisme. AS dengan Nato ingin bertindak lebih efisien menghadapi gerilyawan di Iraq dengan menggunakan gerakan kontra intelijen untuk melawan para pejuang Irak. Dengan cara meningkatkan kemampuan militer dan kekuatan rakyat Iraq.
Peningkatan jumlah tentara AS di Afghanistan, sangat signifikan dari 38.000 tentara, sekarang menjadi 68.000 tentara. Bahkan, menurut laporan dari Pentagon (Departemen Pertahanan) AS, jumlah tentara AS, di masa yang akan datang menjadi 150.000 tentara. Ini jumlah konsentrasi tentara di luar negeri, yang paling besar sejarah Nato. Dari waktu ke waktu jumlah tentara AS dengan pasukan Nato, menjadi tidak seimbang. Jumlahnya semakin banyak tentara AS, disbanding tiga dibanding satu. Obama melalui utusan khusus Richard Holbrook, merencanakan akan membentuk pasukan keamanan Afghanistan, yang mencapai 400.000 pasukan, dan menjadi obsesi Obama, yang sudah disampaikan ketiak ia masuk Gedung Putih.
Jumlah tentara AS dan Nato yang banyak ini akan disebarkan ke seluruh perbatasan Pakistan – Afghanistan, yang diangngap menjadi pusat basis gerakan Al-Qaidah dan Taliban. Meskipun, AS dan Eropa akan terus menambahkan kekuatan militernya, tapi Obama lebih memilih melakukan perekrutan orang-orang Afghanistan, yang akan dilatih menjadi polisi dan kekuatan militer Afghanistan, yang nantinya mampu menghadapi para gerilyawan Taliban dan Al-Qaidah.
Hanya satu permintaan Obama kepada para pemimpin Eropa, agar mereka bersedia meningkatkan jumlah pasukannya ke Afghanistan. Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Robert Gate dan mitranya dari Inggris John Hutton, mengingatkan pasukan N ato, yang akan terlibat perang ini, di negara mereka masing-masing akan menghadapi tantangan dari rakyatnya sendiri. Penolakan ini terus berlangsugn. Sekarang pemerintah Perancis mengerahkan puluhan ribu polisi dan tentara untuk menutup jalan yang menuju Strasbourg, karena gelombang besar-besaran aksi protes terhadap pertemuan para pemimpin Nato, di negeri itu.
Obama bersama Richard Holbrook ingin merencanakan mengambil alih kepemipin Nato di Afghansitan, tahun depan, yang tujuannya AS ingin mengendalikan seluruh operasi militer AS yang berlangsung di Afghanistan. Ini betul-betul pengulangan sejarah Soviet, yang menjajah Afghanistan, dan gagal.
ekarang AS menjajah negeri yang miskin dengan menggunakan kekuatan militernya, yang tujuannya hanya untuk mengalahkan Taliban dan Al-Qaidah, yang sebenarnya tak adalah ‘The shadow enemy’,yang memang mereka ciptakan sendiri. Dan, nampaknya AS dan Nato akan menemukan kegagalan. (m/twp)