Tampaknya Afghanistan akan menjadi ‘epicentrum’ (pusat) konflik baru yang berskala global. Wilayah yang terletak di Asia Selatan, yang berbatasan dengan Pakistan, Iran, dan Tajikistan akan menjadi pusat konflik dan peperangan yang dahsyat. Wilayah yang berada di kaki gunung Hindu Khoost ini, hari-hari berikutnya akan dipenuhi tentara AS.
Ini adalah bukti janji Obama, ketika kampanye presiden, dan akan mengejar Osama di gua-gua pengunungan perbatasan Pakistan-Afghanistan. Obama ingin memindahkan perang yang ada Iraq ke Afghanistan. Obama akan menciptakan neraka baru di kawasan yang sekarang sudah penuh dengan konflik dan perang. Presiden Amerika yang baru itu, hanya mengulangi kebijakan Presiden Bush, yang telah menciptakan perang dingin dengan dunia Islam.
“Afghanistan adalah prioritas kami yang utama”, ujar Menhan AS, Robert Gate. Dalam beberapa bulan ke depan, AS akan memindahkan pasukan yang berada di Iraq ke Afghanistan secara besar-besaran. “Tidak ada sedikitpun keraguan, bahwa Afghanistan merupakan tantangan militer AS di masa depan”, tambah Gate. Pernyataan Menhan Robert Gate ini, disampaikan ketika Gate melakukan konfirmasi di depan Senat AS, yang membidangi pertahanan, Selasa kemarin. Menhan Gate, yang merupakan satu-satunya pejabat di masa Presiden Bush, yang masuk dalam kabinet Obama.
Robert Gate yang mewakili Obama, menyatakan, langkah-langkah militer yang diambil dalam rangka memerangi al-Qaidah dan Taliban, yang menurut Presiden Obama menjadi faktor ancaman keamanan global. “Tujuan utama kami adalah menjaga Afghanistan agar tidak menjadi basis kekuatan al-Qaidah”, ujar Gate. Tapi, menghancurkan kekuatan al-Qaidah dan Taliban di Afghanistan, tidak semudah membalikkan tangan. Karena, al-Qaidah dan Taliban, sebuah kekuatan konvensional, yang menyatukan antara theori perang dengan doktrin agama. Dan, para pejuang Taliban dan al-Qaidah sudah memiliki pengalaman perang yang panjang. Termasuk berperang melawan Uni Soviet selama lebih 15 tahun, ketika Uni Soviet melakukan invasi militer ke Afghanistan. Dan, negeri beruang merah, gagal menguasai sepenuhnya Afghanistan, dan mengalami kekalahan.
Janji Obama ingin menciptakan dialog dan membangun hubungan yang konstruktif dengan negara Islam, tak terbukti. Dan, justru diawal pemerintahannya, Obama sudah menciptakan perang dingin antara dunia Islam dengan AS. Pernyataan-pernyataan yang keras terhadap Iran, Afghanistan, Syria, Lebanon, dan Palestina. Pandangan-pandangan Obama yang awalnya menolak menggunakan kekerasan, perang, dan pendekatan militer, justru sekarang berbalik, Presiden AS pertama kulit hitam, dan berayah seorang muslim asal Kenya ini, walaupun berasal dari Partai Demokrat, yang ‘credo’nya lebih mengutamakan humanisme, tapi ketika menghadapi kelompok atau negara yang menginginkan keadilan, Obama justru menggunakan pendekatan militer. Pernyataan Obama, yang akan memindahkan pasukan militer AS dari Iraq ke Afghanistan dan Pakistan, tujuannya untuk menghadapi wilayah yang menjadi garis depan dengan Taliban dan al-Qaidah.
Retorika Obama tak berbeda dengan George Walker Bush, pendahulunya, yang sudah menghabiskan ratusan milyar dolar untuk memerangi kelompok radikal dan terorisme. Isu tentang terorisme tidak serta merta hilang, ketika Presiden Obama masuk Gedung Putih, dan nampaknya isu terorisme yang menjadi agenda utama Bush, sekarang dilanjutkan oleh Obama.
Presiden Bush yang sudah menjadikan Iraq dan Afghanistan sebagai sebuah ‘neraka’ akan dilanjutkan oleh Presiden Obama.Tidak ada détente (peredaan) ketegangan yang akan diciptakan pemerintahan Obama, di masa yang akan datang. Sebaliknya, Obama akan melanjutkan apa yang sudah pernah dilakukan Presiden Bush. Dan, Obama akan memindahkan pasukan AS yang jumlahnya 142.000 personil, yang sekarang masih bercokol di Iraq ke Afghanistan.
Obama juga akan mengkonsolidasikan seluruh sekutu AS, agar mereka terlibat dalam perang melawan Taliban dan al-Qaidah di Afghanistan. Inilah gambaran pemerintahan Obama, yang menyatakan di awal pidato pelantikannya akan membangun hubungan yang lebih konstruktif dengan dunia Islam, tapi kenyataannya Obama telah menabuh gendering perang, lewat Menhan Robert Gate.
Di Timur Tengah, Obama tak berbuat apa-apa, ketika mesin perang Israel menggilas rakyat Palestina di Gaza. Tak ada komentar, apalagi kecaman terhadap Israel, ketika mesin perang rejim Zionis-Israel, menghancurkan Gaza, dan melakukan holocaust yang sangat mengerikan. Penunjukkan seorang tokoh, yaitu George Mitchell, yang ernah sukses menjadi perunding di Irlandia oleh Obama, yang menjadi utusan khusus Timur Tengah, tak dapat banyak diharapkan. Karena, paradigm Obama tak pernah berobah, dan hanya menggunakan standar Israel.
Obama, seperti pendahulunya, tak lebih dari sekedar ‘traitor’ (boneka) Israel, dan akan memerankan sebagai aktor, yang melaksanakan scenario, yang sudah ditetapkan sang ‘sutradara’ di Tel Aviv. Tampak sangat jelas kebijakan Obama, yang mebangun poros Washington, Tel Aviv, Cairo, dan Ramallah, yang menjadi poros penentuan kebijakannya. Artinya, tak bakal ada kemajuan apapun di Timur Tengah, termasuk konflik di Palestina, di masa yang akan datang. Dan, sampai hari ini, Washington menolak melakukan dialog langsung dengan Hamas, dan tetap menilai Hamas sebagai kelompok ‘teroris’.
Kini, Obama sekadar hanya memindahkan konflik dari Iraq ke Afghanistan. Dan, Presiden baru Amerika ini ingin menciptakan neraka baru di Afghanistan. Sama seperti Uni Soviet, yang menciptakan ‘neraka’ di Afghanistan, lewat invasi militer yang mereka lakukan.
Selanjutnya, justru langkah-langkah yang dilakukan AS dan Israel ingin memecah belah kekuatan dunia Islam, dan menciptakan pengelompokkan, serta tuduhan-tuduhan terhadap kelompok dan negara yang tidak memiliki kesamaan pandangan dituduh ancaman bagi AS. “Tujuan utama kami menjaga Afghanistan dari kemungkinan Afghanistan menjadi basis gerakan teroris dan ektrimis, yang dapat menyerang sekutu-sekutu kami”, ujar Gate.
Perang dingin antarar dunia Islam dengan AS di mulai, dan pernyataan Obama ingin membangun kerjasama yang konstruktif dengan dunia Islam, hanyalah retorika belaka. (m).