Oleh Asyari Usman
Makin ruwet. Dari platform X (Twitter) bisa disimpulkan secara aklamasi bahwa kepercayaan publik pada Polisi nol besar.
Inilah yang terbaca dalam rangkaian komentar-komentar di X terkait tindakan Kepolisian untuk mengungkap fakta sesungguhnya dalam peristiwa pembunuhan Vina Cirebon dan pacarnya, Eki.
Komentar-komentar di X itu tidak bisa dianggap remeh. Ada banyak sisi yang dipertanyakan dan layak dipersoalkan. Misalnya, mengapa Polisi tidak melakukan tes DNA terhadap sperma yang dikatakan ditemukan di tubuh korban?
Mengapa Polisi lebih percaya pengakuan wanita teman Vina yang “ngoceh” dalam kesurupan alias dimasuki arwah Vina? Apakah ocehan kesurupan valid untuk dijadikan bukti pidana?
Publik medsos juga mempertanyakan akurasi penangkapan Pegi alias Perong di Bandung, beberapa hari yang lalu. Benarkan itu Pegi asli? Sebab, di medsos beredar rekaman video ibu “Pegi buruh bangunan” yang mengatakan bahwa anaknya tidak bersalah. Bahwa Pegi mengatakan dia dijadikan tumbal untuk melindungi orang kuat.
Kemudian instink netizen juga menjangkau kemungkinan tiga DPO yang diburu Polisi saat ini sudah lebih dulu dihabisi. Sehingga, menurut para netizen, Polisi terpaksa mencarikan orang lain untuk dijadikan Pegi.
Tak lupa netizen pun mempertanyakan tindak-tanduk ayah Eki yang kebetulan seorang polisi yang berpangkat Iptu dan saat ini bertugas sebagai Kapolsek. Netizen mempertanyakan mengapa Iptu Rudiana sekarang terkesan tidak mau meributkan lagi kematian anaknya, Eki? Ada apa? Ditekan? Oleh siapa?
Lebih-kurang, publik medsos menuntut agar Polisi transparan dalam mengusut ulang kasus ini. Bongkar semua. Jangan ada yang ditutup-tutupi.
Hanya dengan kejujuran Polisi sendirilah kecurigaan masyarakat bisa diredakan. Sebaliknya, kepercayaan kepada Polisi akan semakin “comber” kalau terus bermain-main dengan penyelidikan kasus Vina Cirebon ini.[]
25 Mei 2024
(Jurnalis Senior Freedom News)