“No Viral, No Urus”

Listyo: “Jadi, beberapa waktu lalu muncul tagar ‘percuma lapor polisi’. Kemudian muncul tagar ‘satu hari satu oknum’. Kekerasan berlebihan yang dilakukan Polri dimunculkan. Ada kekerasan saat penanganan unjuk rasa, termasuk saat rekan-rekan bertugas, dan menerima laporan yang belum jelas sehingga terjadi penembakan. Ini juga di mata masyarakat menjadi penilaian.”

Kapolri sangat memperhatikan kondisi di masyarakat. Di era medsos ini bisa langsung terpantau. Tak perlu riset. Itu sebagai cermin wajah Polri.

Dengan peringatan Kapolri itu, tentu kini Polri mendalami penyebab reaksi masyarakat bisa begitu. Negatif.

Dari situ masyarakat bisa menyimpulkan secara sederhana, ada dua hal:

Pertama, ‘No viral, no justice’ dan tagar ‘percuma lapor polisi’, menunjukkan polisi kurang semangat. Lamban. Malas.

Kedua, tagar ‘satu hari satu oknum’, menandakan setiap hari ada oknum polisi melanggar SOP, bahkan melanggar hukum.

Keberanian Listyo membuka analisis-evaluasi internal ini ke publik (via Youtube) menandakan keterbukaan. Positif. Agar publik ikut mengawal polisi, yang sudah diarahkan komandan. Dan, keterbukaan ini mempercepat perbaikan Polri.

Meskipun, Listyo tidak membuka secara penuh. Cuma sepintas.

Di arahannya diungkap juga, reaksi emosi masyarakat terhadap kinerja Polri. Ditandai dengan warna-warni. Mulai dari kuning yang diartikan “trust” sampai ungu artinya disgusted atau jijik.

Warna kuning 10 persen dari responden. Warna lain tidak diungkap di YouTube itu.

Keterbukaan ini, gaya pemolisian modern. Polri sudah modern.

Saat organisasi kepolisian pertama kali dicetuskan Sir Robert Peel di London, Inggris, 1829 (hampir dua abad lalu) awalnya tertutup. Lalu, pelan-pelan mempublikasi berbagai hal internal polisi. Kian lama kian terbuka. Seiring tuntutan masyarakar modern.

George L. Kelling dan Mark H. Moore dalam bukunya “The Evolving Strategy of Policing, Perspectives on Policing” (Harvard University, November 1988), menyatakan:

Kepolisian Amerika mengekor Inggris. Polisi diperkenalkan di kota-kota Amerika pada tahun 1840-an, atau sekitar 11 tahun setelah diterapkan di Inggris.