Kebijakan luar negeri Presiden George Walker Bush, yang agresif dan penuh dengan kekerasan mendapatkan arahan dari kelompok ‘Neocons’. Siapa kelompok ‘Neocons’ itu? Mereka adalah gabungan dari tokoh-tokoh Kristen, Katolik, dan Zionis-Yahudi, yang berafiliasi ke Partai Likud di Israel. Mereka pula yang mengobarkan perang di Iraq, Afghanistan, dan melakukan kampanye melawan perang terorisme di seantero jagad.
Sekarang kelompok “Neocons’ nampaknya telah berakhir? Memang, sejak pemerintahan Presiden Bush berakhir, sepertinya peran kelompok ‘Neocons’ ikut berakhir. Karena, sebagian mereka mengundurkan diri sebelum Bush meninggalkan Gedung Putih. Ada juga yang diberhentikan oleh Presiden George Bush. Selebihnya, ada juga diantara mereka yang kembali ke lembaga pusat riset yang dimiliki Zionis, dan menjadi alat penekan (pressure) politik. Salah satunya adalah Elliot Abrams, dan tokoh ‘Neocons’ ini kembali ke teman lamanya, yaitu Benyamin Netanyahu. Tokoh Zionis yang menjadi salah arsitek perang Iraq ini, seorang tokoh yang menentang keras pandangan yang pernah berkembang tentang : ‘Tanah Untuk Perdamaian’. Elliot Abrams terus mengingatkan kepada Netanyahu agar tidak terjebak dengan gagasan kebijakan : ‘Tanah Untuk Perdamaian’, yang dianggap merugikan masa depan Israel.
Menurut Abrams gagasan : ‘Tanan Untuk Perdamaian’ tidak memiliki dasar pijakan yang bersifat ideologis, dan sebuah pelanggaran bagi prinsip dikalangan Zionis, yang menyakini, bahwa tanah Palestina, yang sekarang menjadi negara Israel, sebuah tanah yang dijanjikan seperti di dalam kitab Tauroh. Tidak ada rumus ‘Tanah Untuk Perdamaian’, karena menurut Abrams semua hanyalah kedustaan.
Abrams, bersama tokoh lainnya, seperti Paul Wolfowitz, yang menjadi Presiden Bank Dunia, yang sebelumnya menjadi Deputi Menlu AS, sekarang nampaknya akan bersama-sama memperkuat pemerintahan Netanyahu. Abrams menulis tak ada perdamaian di tahun 2009 ini. Karena, tak ada tokoh di Timur Tengah dan Palestina, yang dapat dipercaya untuk berunding dan memutuskan. Menurut tokoh ‘Neocons’ ini, Mahmud Abbas pun, tak dapat dipercaya, karena dia terlalu lemah, dan kekuasaannya sudah habis. Abbas sudah memiliki control atas Gaza, dan bahkan Tepi Barat pun, tidak sepenuhnya dia kontrol. Orang kepercayaannya, yang selama ini mengapalai keamanan di Palestina (Gaza dan Tepi Barat), Mohamad Dahlan telah mengundurkan diri, karena tidak mampu mempertahankan Gaza dari tangan Hamas. Tentu, yang memukul Dahlan, dia dengan pasukan Israel (IDF) gagal total memberangus Hamas, meskpun kota Gaza sudah porakporanda.
Masih menurut Abrams, isu Palestina dan Gaza terkait dengan cakupan yang luas, terutama gerakan ekstrimisme, yang dimotori Iran, yang sekarang menurutnya menjadi ancaman nyata bagi Israel, karena negeri mullah telah mengembangkan senjata nuklir. Maka, Iran menjadi isu penting bagi pemerintahan Netanyahu, yang menginginkan agar melakukan pilihan militer melalui ‘proxy’ (tangan) Amerika, yang sekarang dibawah pemerintah Obama. Skenario ‘Sadam Husien’ mungkin menjadi pilihan bagi menyelesaikan kasus nuklir Iran, yang nampaknya menjadi pilihan Netanyahu dan Abrams.
Tahun 1996, pejabat tinggi Gedung Putih, mengirim surat kepda Netanyahu, diantara mereka adalah Douglas Feith, Richard Perle, Paul Wolfowitz, yang merupakan orang-orang pengikut Likud. Isi surat tokoh-tokoh ‘Neocons’ yang ada di pemerintahan Bush itu, agar Netanyahu memperhatikan negara sekitarnya, seperti Turki, Yordania, termasuk Syria,yang terus meningkat peranan dalam konflik di Timur Tengah. Pemerintahan Netanyahu yang mendapatkan dukungan sayap kanan di Israel, khususnya dari Partai Yisrael Beitenu, yang dipimpin Lieberman, sulit akan dapat menciptakan perdamaian di Timur Tengah. Termasuk adanya pemeritahan baru di Amerika, yang dipimpin Barack Obama, tak mungkin mereka dapat menyulap kawasan Timur Tengah, khususnya Palestina, dan memaksa Israel menciptakan perdmaian.
Netanyahu bersama Lieberman akan menggunakan kekuasaan Gedung Putih, dibawah Obama melalui kelompok ‘Neocons’, menghadapi lawan-lawan politiknya, yang sekarang ini terus meningkat. Terutama, mereka akan melihat kawasan yang sudah berubah, mulai dari Lebanon, Iraq, Iran, Teluk, dan Palestina, yang sekarang tidak dibawah kekuasaan sekutu Israel. Inilah taruhan yang dihadapi Netanyahu dan kelompok ‘Neocons’. (m)