Kemampuan kritis ini sudah lama dilumpuhkan, justru di sekolah dan kampus. Di sekolah, dan di kampus, murid dan mahasiswa sudah tidak lagi dilatih hidup untuk berpikir bebas, apalagi kritis. Sementara itu dosen sibuk mengejar scopus. Jika tidak terscopus mampus. Sekolah dan kampus adalah institusi indoktrinasi yang paling kolot saat ini. Jargon Revolusi Industri 4.0 hanya manis di mulut, pahit di pikiran. Berpikir kritis langsung dicap radikal.
Pelajaran berbohong justru dimulai di sekolah. Guru selalu mengharapkan jawaban yang benar, bukan jawaban yang jujur. Jawaban yang jujur tapi keliru langsung dihukum. Sing jujur ajur. Jawaban benar tapi hasil mencontek mendapatkan penghargaan.
Ujian Nasional (UN) adalah pembelajaran kebohongan massal saat pencontekan berjamaah dilakukan di bawah perintah guru dan kepala sekolah. Saat seleksi masuk ke jenjang sekolah berikutnya ditentukan oleh hasil UN, maka prakek contek berjamaah ini akan berlangsung terus.
Di tahap akhir trayektori kebohongan ini adalah mutual trust yang hilang antarsesama warga bangsa, terutama para elite-nya. Mutual distrust justru akan tumbuh merajalela. Padahal mutual trust adalah modal sosial terpenting bagi eksistensi sebuah bangsa, apalagi bangsa yang bhinneka seperti Indonesia ini. Kebohongan adalah ancaman terbesar bhinneka tunggal ika. Saya serukan agar kita segera hentikan semua kebohongan ini. [pwmu]
*) Penulis: Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS Surabaya