Dari rangkaian cerita para netizen tersebut bisa disimpulkan bahwa kegiatan Jokowi naik KRL, bukan sesuatu yang mendadak dan tidak direncanakan. Paspampres sudah mengantisipasi dengan melakukan latihan pengamanan sehari sebelumnya. Sekali lagi salut dan hormat terhadap Paspampres kita.
Melepas seorang presiden, naik KRL pada jam-jam padat saat pulang kantor, tanpa persiapan pengamanan, merupakan perbuatan konyol dan menyalahi protap. Sebagaimana pengakuan Komandan Paspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, dia sendiri yang langsung turun mengawal Jokowi.
Di luar Maruli ada sejumlah anggota Paspampres yang mengamankan, sekaligus ikut mengambil foto dan video Jokowi. Mereka inilah yang diledek Letjen Suryo telah menjalankan fungsi Dwi-fungsi TNI: menjadi pengamanan sekaligus vloger presiden.
Maruli perlu segera menjelaskan, bahwa dia langsung mengawal Jokowi karena tak ingin kembali terjadi kontroversi. Saat debat kedua Jokowi mengaku pernah tengah malam hanya berdua sopir pergi menemui nelayan di Tambak Lorok, Semarang.
Publik bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang presiden dibiarkan tengah malam bepergian tanpa pengawalan. Senior TNI banyak menyalahkan Maruli. Sebagai Komandan Paspampres bertindak tidak correct. Membahayakan keselamatan seorang presiden.
Maruli akhirnya memberi pengakuan, bahwa dia lah yang menjadi sopir Jokowi. Kepala Staf Presiden Jenderal TNI (Purn) Moeldoko juga mengatakan bahwa sejumlah anggota Paspampres ditanam di sekitar lokasi.
Dibandingkan dengan kunjungan ke perkampungan nelayan di Tambak Lorok, tingkat kerawanan keamanan naik KRL pada jam pulang kantor jauh lebih tinggi. Sudah pasti Paspampres tidak ingin bertindak konyol melakukan tanpa persiapan.
Bedanya kali ini Jokowi rupanya sudah belajar dari debat kedua. Dia tidak mau lagi kebohongannya dibongkar oleh Maruli dan Moeldoko. Sekarang Jokowi sama sekali tidak memberi penjelasan. Dia cuma bermodal naik kereta sambil tebar senyum di depan kamera.
Jokowi membiarkan para buzzernya bekerja, termasuk Ipang Wahid. Kalau toh kemudian ketahuan berbohong, kan bukan Jokowi yang bohong.
Para buzzer lah yang harus menaggung risiko. Mereka memang dibayar untuk kerja-kerja kotor seperti itu….Ha….ha…ha….
Cukup sepadan lah bayarannya…..[kk/glr]
Penulis: Nasrudin Joha
BEST SELLER BUKU PEKAN INI, INGIN PESAN? SILAHKAN KLIK LINK INI :
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-diponegoro-1825-pre-order-sgera-pesan.htm