eramuslim.com
by Asyari Usman
Sudah banyak ceramah tentang ‘takut mati’ yang kita dengar. Sudah banyak pula tulisan mengenai ‘mengapa orang takut mati’ yang telah kita baca. Dan semuanya kita pahami.
Tetapi, kita semua tetap saja takut mati. Jangankan mati, cedera goresan saja pun kita takut. Inilah sebenarnya musuh terbesar manusia, termasuk umat Islam. Sekali lagi, bukan kezaliman dan kesewenangan penguasa yang menjadi musuh. Melainkan takut mati.
Relevansinya sederhana saja. Kezaliman dan kesewenangan seharusnya bisa dilenyapkan jika manusia tidak takut terhadap konsekuensi apa saja. Inilah inti catatan sejarah di seluruh dunia tentang pelenyapan kesewenangan, kekejaman, keganasan, kesadisan, kebrutalan, dll.
Banyak contoh historis mengenai penghancuran kekuasaan diktatorial, kekuasaan absolut, kekuasaan otoriter, di masa lampau. Mereka tumbang karena rakyat tidak takut mati.
Ada cerita tentang penggulingan dan eksekusi mati Nikolai Ceausescu (1989) yang berkuasa di Rumania dengan tangan besi. Dia dituduh membunuhi rakyatnya secara semena-mena. Dia juga dikatakan menumpuk kekayaan melalui kesewenangan diktatorialnya. Ketika rakyat bangkit, Ceausescu lenyap.
Ada Ferdinand Marcos di Filipina yang akhirnya mati di pengasingan karena diusir rakyatnya. Istri Ferdinand, Imelda, tidak rikuh menunjukkan gaya hidup mewah di tengah kesulitan berat rakyat Filipina. Mereka mencuri uang negara dalam jumlah ratusan juta dollar.
Pada 2011, Presiden Hosni Mubarak di Mesir juga digulingkan rakyatnya yang selama puluhan tahun dia ditindas dengan kejam. Rezim Mubarak menyiksa tahanan dengan sangat kejam dan sadis. Rakyat Mesir hidup dalam ketakutan. Namun, rasa takut itu serentak hilang. Mereka melawan.
Di Tunisia, Presiden Zine el-Abidine Ben Ali digulingkan rakyatnya pada Januari 2011. Revolusi rakyat ini disulut oleh kematian seorang anak muda, Mohamed Boazizi (26), yang membakar dirinya di depan kantor gubernur karena jualan asongannya disita oleh petugas kota. Rakyat yang hidup susah dan di bawah kekejaman yang menakutkan, akhirnya bergerak. Mereka melancarkan aksi protes tanpa jedah selama berminggu-minggu.
Shah Iran Reza Fahlevi digulingkan rakyat lewat revolusi 1979. Kesemena-menaan keluarga kerajaan yang hidup supermewah ini berakhir setelah rakyat Iran bersatu melawan kesewenangan penguasa.