“Saya tidak menyerukan kudeta. Tapi tanyalah presidenmu apa yang sedang terjadi di Gaza saat ini.”
Itulah kalimat yang diucapkan oleh Hasan Nasrullah, Pemimpin Hizbullah, kepada rakyat Mesir yang sedang berdemonstrasi, dua hari menjelang tutup tahun 2008, atau dua hari pula setelah agresi biadab Israel ke Gaza dan menewaskan 280 orang, ketika itu.
Perkataan itu seperti menohok dan menghujam rakyat Mesir, terkait dengan bertumbangannya saudara seiman mereka di Palestina, bahwa ada yang salah dengan pemimpinnya itu, Hosni Mubarak.
Mereka semakin menyadari ketika Mubarak berlarut-larut dalam berbincang dengan Tzipi Livni dalam beberapa pekan terakhir terkait perkembangan Gaza. Dalam foto yang banyak beredar, rakyat Mesir melihat bahwa Mubarak dan Livni seakan-akan tengah membicarakan pertukaran Hanukah dan Idul Fitri—hari besar Yahudi dan Islam. Dalam pertemuan itu, konon Mubarak dan Livni membicarakan tentang logistik yang ditahan di Mesir dan satu lagi agenda besar lainnya: menumpas Hamas.
Hasilnya, 1000 orang warga Gaza menjadi tumbal pertemuan itu. Menurut data World Health Organization, 60% sampai 75% rakyat Palestina kelaparan, 64% kekurangan darah secara akut, 30% lainnya keracunan, dan 10% anak-anak menderita kerusakan otak permanen karena trauma. Peneybabnya, mayoritas bocah-bocah Palestina menyaksikan langsung pembantaian itu. Baik Livni atapun Mubarak menyadari hal itu sejak dari awal.
Mubarak tahu persis apa yang saat ini dibutuhkan oleh warga Gaza. Mubarak telah menjual perbatasan Gaza kepada Israel. Dia bertanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan proyeksi perang Israel di Gaza. Dengan menolak semua bantuan ke Gaza, mulai dari makanan, minyak, air, listrik, obat-obatan, sampai tak mengizinkan warga Gaza untuk keluar dari wilayah itu, tak pelak Mubarak adalah salah satu aktor yang sangat penting di balik holocaust itu.
Hasan Nasrallah telah mengingatkan rakyat Mesir akan tugas dan kewajibannya, dan itu sudah cukup membuat dunia mengetahui bahwa Mubarak berkomplot dengan Zionis-Israel dalam membantai muslim Gaza. Menolak perlawanan terhadap Zionis, Mubarak tengah menyulut revolusi di negerinya sendiri.
Franklin Lamb/Beirut