Apakah akan terjadi perubahan besar dalam tatanan dunia dan muncul tatanan baru, serta hubungan antar bangsa, seperti di masa lalu?
Di masa lalu, wabah memiliki efek yang luar biasa pada lahirnya Revolusi Industri (1750-1850). Revolusi Industri memicu perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia, juga perbudakan.
Sekarang, pandemik Covid-19 ini, misalnya, memiliki efek luar biasa pada stabilitas sosial, ekonomi dan politik serta hubungan antar-negara. Dalam hubungan antar-negara, kepentingan nasional sebuah negara, menjadi sesuatu yang tidak dapat digugat lagi; menjadi yang utama bagi setiap negara.
Kepentingan nasional adalah konsep yang paling penting dalam hubungan internasional. Ini adalah konsep kunci dalam kebijakan luar negeri. Perumusan kebijakan luar negeri dipandu oleh kepentingan nasional.
Apa yang terjadi di Eropa bisa menjadi salah satu contohnya. Bukan Brexit, atau banjir para migran, tetapi pandemik Covid-19 dapat menimbulkan tantangan terbesar bagi persatuan Eropa, mungkin juga ASEAN atau organsiasi-organisasi regional lainnya–dalam beberapa dekade mendatang.
Para pemimpin 26 negara Eropa di zona Schengen, sepakat untuk sementara waktu menutup perbatasan mereka dengan warga negara non-Uni Eropa; dan juga perbatasan antar-negara dimulai oleh Italia untuk memblok meluasnya wabah. Meskipun, pandemik Covid-19 ini telah dimanfaatkan oleh para politisi atau kelompok-kelompok anti-migran, kaum populis sayap kanan yang selama ini sangat keras menentang pengungsi.
Harus diakui bahwa sekarang ini, yang namanya solidaritas internasional, di Eropa sangat jelas, kurang nampak. Padahal kerja sama internasional adalah faktor kunci ketika dahulu dunia mengatasi krisis keuangan global 2008.
Memang, krisis karena pandemik Covid-19 berbeda dengan krisis ekonomi 2008, yang ketika ujian tekanannya melibatkan bank dan lembaga keuangan. Sekarang ini adalah ujian politik di semua tingkatan: komunitas, lokal, komunal, nasional, regional, dan internasional.
Hal tersebut sangat berbeda dengan respons terhadap krisis ekonomi dunia 2008. Ketika itu, semula, masing-masing negara mengambil langkah-langkah untuk menangani krisis. Namun, kemudian PM Inggris (saat itu) Gordon Brown, menggunakan pertemuan G-20 untuk memetakan respons internasional.
Hasilnya, yang pada akhirnya membantu menyelamatkan dan menghidupkan kembali ekonomi dunia: penurunan suku bunga yang terkoordinasi, rangsangan fiskal, dan menjauh dari proteksionisme oleh masing-masing negara.
Apa yang mencolok dengan pandemik Covid-19 sekarang ini adalah lemahnya koordinasi global, meskipun China menyediakan diri untuk membantu negara lain. Pada mulanya, WHO sedikit kurang perhatian terhadap apa yang terjadi di China, meski sekarang telah berubah.
Tetapi, hal yang perlu dicatat adalah juga kurang ada upaya internasional yang terkoordinasi untuk menerapkan pelajaran dari kebijakan yang diadopsi oleh beberapa pemerintah Asia yang meraih kemajuan dalam relatif membatasi dampak meluasnya pandemik Covid-19, seperti China, Singapore, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan.