Eramuslim.com -BEBERAPA waktu lalu terjadi aksi serentak di 25 provinsi mengkritik Erick Thohir dan meminta Presiden Joko Widodo memberhentikannya dari jabatan Menteri BUMN. Tuntutan itu dituliskan dalam spanduk yang dipasang di ratusan gedung milik BUMN.
Sehari sebelum aksi serentak itu, sudah beredar argumentasi para pengkritik yang menjelaskan dengan deretan kata dan angka plus 7 UU dan 2 PP secara panjang lebar kegagalan Erick Thohir baik sebagai menteri BUMN maupun sebagai Ketua Pelaksana Komite Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penanganan Covid-19 dengan anggaran Rp 695,2 Trilyun.
Bagaimana Erick Thohir menyikapi kritik itu? Apakah Erick Thohir menjawab data dengan data, menjawab argumentasi dengan argumentasi? Tidak!
Hari berikutnya, bukan data yang dikeluarkan, bukan argumentasi yang disampaikan tapi yang terjadi di Jakarta adalah pengaduan ke Polisi oleh para pendukung Erick Thohir.
Di Bali, kritik itu dibalas dengan kekerasan berupa perusakan spanduk dan Baliho. Di Banten, hari ini bermunculan spanduk tanpa nama kelompok atau organisasi namun mengklaim golongan masyarakat tertentu yang mendukung Erick Thohir.
Wow… Kenapa serasa hidup di zaman kolonial dan kompeni ya? Kritik di Jakarta dijawab dengan ancaman jeruji besi, kritik di Bali dijawab kekerasan, kritik di daerah lain dijawab dengan adu domba horisontal pro kontra antara sesama masyarakat.