Eramuslim.com – DI media muncul kiriman foto unik sebuah mobil putih bagus dengan pintu terbuka dipenuhi oleh monyet-monyet. Di dalam maupun di luar, depan belakang, juga di atas atap mobil tersebut. Tulisan yang menyertainya adalah sebagaimana judul tulisan ini “Menguasai tapi tidak bisa menjalankan”.
Serombongan monyet bergembira bermain mengobrak abrik mobil. Rasanya untuk mengusirnya tak akan mampu karena “solid”nya gerombolan monyet tersebut. Hanya karena mereka memang hewan maka mobil tersebut tak bisa dikendarai untuk bergerak. Monyet tak bisa menjalankan mobil. Diam dan hanya jadi bahan mainan.
Negara yang dikuasai oleh pejabat yang tidak kompeten seperti mobil yang dikuasai monyet. Yang penting adalah kebahagiaan sendiri dan senantiasa memperbesar kekuasaan dan kepentingannya sendiri (self aggrandizing). Tujuan pengelolaan negara pendek saja yaitu keamanan, ketentraman, dan ketertiban. Harta dan rakyat adalah bagian dari kekuasaan.
Jika berprinsip seperti itu maka tidak berbeda dengan “Il Principe” nya Machiavelli yang menurutnya penguasa itu harus berorientasi pada kekuasaan dan hanya mematuhi aturan yang akan membawa kesuksesan bagi politiknya. Kepentingan negara adalah kekuasaan tertinggi bagi pelaksanaan pemerintahan.
“Raja harus bisa licik seperti kancil dan menakut-nakuti seperti singa”.
Berbeda dengan pandangan filosof kenegaraan “bermoral” seperti Socrates yang menyatakan tujuan bernegara adalah keadilan atau Plato yang menegaskan tujuan itu adalah menegakkan kesusilaan baik individu maupun sosial. Aristoteles mengharapkan kesuksesan politik pada kebahagiaan warga negara yang sebesar besarnya. Menurutnya bentuk kekuasaan ideal adalah “politea” dimana rakyat berdaulat dan hukum menjadi dasarnya.
Menarik ucapan Aristoteles “karena dalam demokrasi yang berdasarkan hukum, warga negara mendapat tempat istimewa dan disana tidak ada demagog. Tetapi dimana hukum tidak berkuasa maka disana demagog muncul”.
Demagog adalah pemimpin penghasut massa yang dalam kondisi tak menentu massa atau rakyat diarahkan berpihak padanya. Demagog memanfaatkan ketidaktahuan rakyat.