Mengingat Berjuang Bersama Edy Mulyadi, Wartawan Senior FNN yang Jadi Tumbal Kerakusan Oligarki

Kembali ke Bang Edy, kenangan bersama Bang Edy bukan hanya perjuangan dan berdiskusi. Tetapi juga soal kuliner.

Kita terbiasa menafsirkan perjuangan sebagai raihlah. Di Jawa Timur, sejumlah kota dan kabupaten telah kami kunjungi.

Yang tidak pernah terlewatkan, adalah sajian durian perlawanan. Ini menu khas dan wajib pada setiap agenda diskusi. Untuk urusan durian ini, murni tanggung jawab Cak Slamet dan Cak Fajar.

Ke Madura, tidak lupa menikmati sajian Bebek Songkem atau Bebek Sinjai. Tidak lama setelah menyeberang dari Jembatan Suramadu, berjejer rumah makan yang menyajikan hidangan berbagai selera, terutama yang berkaitan dengan bebek.

Ah, rasanya ingin segera kembali, berjuang bersama Bang Edy Mulyadi. Keliling daerah (meskipun kami bukan caleg dan tidak memiliki Dapil), tetapi dorongan ruh perjuangan menyebabkan kami terbiasa mengadakan safar untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya memperjuangkan Islam dan memahami realitas kehidupan yang rusak karena tidak diterapkan Islam.

Semoga Bang Edy segera disidang dan divonis bebas. Tidak berlama-lama dalam status tahanan penyidik. Penyidik tidak pula menambah masa tahanan, dengan dalih berkas belum lengkap. Bukankah menetapkan tersangka, berarti telah cukup bukti minimal dua alat bukti ? sehingga, rasanya jika penyidik menambah waktu penahanan dan mengulur-ulur waktu, sama saja berbuat zalim kepada Bang Edy Muladi. [Faktakini]