Mengingat Berjuang Bersama Edy Mulyadi, Wartawan Senior FNN yang Jadi Tumbal Kerakusan Oligarki

Penulis mencoba mengingat kembali, sekira 3 atau 4 tahun yang lalu, saat Penulis, Bang Edy Mulyadi, Bang Ichsanuddin Noorsy, Ustadz Ismail Yusanto, mengadakan diskusi bersama tokoh dan ulama di pulau Madura. Indah sekali, sepanjang perjalanan kami berdiskusi.

Kebetulan Bang Edy berlatar belakang Wartawan yang konsen dalam isu ekonomi, Bang Ichsanuddin Noorsy juga Ekonom yang juga ahli politik, maka banyak sekali perbicangan kami seputar masalah ekonomi dan politik.

Dalam setiap diskusi Bang Edy sering mengutip istilah ‘Menteri Keuangan Terbalik’ bukan ‘Terbaik’ untuk menggelari secara satire Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang beberapa kali mendapatkan award. Kekhasan beliau dalam diskusi, adalah pandai mengutip diksi kultural yang substantif yang berbasis metafora ilmiah,  sehingga audiens menjadi hidup dan mudah memahami substansi diskusi.

Karena itu, ungkapan ‘tempat jin buang anak’ bukanlah ungkapan yang aneh. Sebagaimana ungkapan ‘Singa Yang Mengeong’ untuk menyindir Saudara Prabowo Subianto. Menjadi perkara pidana, dan menyebabkan Bang Edy ditangkap, alasannya bukanlah karena desakan masyarakat adat tertentu, melainkan karena adanya tekanan kaum oligarki yang menguasai kekuasaan.

Buktinya, kasus Arteria Dahlan yang terbuka dan kongkrit merendahkan bahasa Sunda, tidak diproses hukum. Padahal, tekanan masyarakat Sunda baik melalui demonstrasi dan laporan polisi, tetap juga tidak dapat menjadi sebab kasus diproses. Karena memang tidak ada kepentingan oligarki yang disinggung oleh Arteria Dahlan.