Eramuslim.com – Dalam acara Mata Najwa, 21 Agustus 2019, dengan tema “Nyala Papua” menarik untuk disimak salah satu pernyataan Gubernur Papua, Lukas Enembe, bahwa dalam pembangunan bangsa Indonesia, “Orang Papua belum di-Indonesia-kan”. Sontak saja pernyataan ini membuat Tuan Rumah Mata Najwa, memberondong Pak Gubernur dengan pertanyaan yang meminta klarifikasi maksud pernyataan tersebut.
Mungkin, oleh karena waktu cukup terbatas Pak Gubernur belum menjelaskan secara rinci kandungan maksud pernyataannya itu. Penulis yang sedang membuat artikel ihwal papua yang duduk di depan televisi, langsung saja mengubah topik artikel ini dari judul semula “Papua dan Masalah Keindonesiaan” menjadi “Mengindonesiakan Orang Papua”, dengan mengubah konstruksi pernyataan Pak Gubernur dari pasif menajdi aktif.
Persoalannya, mengapa orang Papua perlu diindonesiakan? Ada apa dengan Orang Papua? Apakah sudah sekian lama berintegrasi ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi, orang-orang Papua belum menjadi orang Indonesia sehingga perlu dii-Indonesiakan? Kilasan hsitoris berikut ini menarik untuk dipaparkan sebagai pintu masuk menjawab persoalan di atas.
Irian Barat, demikianlah nama yang disematkan Bung Karno pada salah satu bagian wilayah pulau Papua di bagian Barat Papua New Guinea, pada saat wilayah itu melalui refrendum berintegrasi ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun sebutan Irian Barat mulai tak terdengar lagi, seiiring dengan dipenuhinya permintaan masyarakatnya oleh Presiden Gus Dur saat berkunjung ke wilayah itu pada 31 Desember 1999 untuk mengganti nama Irian Barat dengan nama Papua.