Xinjiang juga merupakan bagian dari upaya China untuk mendiversifikasi sumber minyaknya karena wilayah ini juga merupakan kunci rute transit. Xinjiang adalah satu-satunya wilayah di China yang bertetangga dengan republik-republik Asia Tengah, minyak Asia Tengah (dan sebagian besar minyak Russia) harus memasuki jaringan pipa China dari Xinjiang.
Pipa minyak transnasional pertama yang dibangun untuk tujuan ini adalah jaringan pipa milik Sino-Kazakh Oil Pipeline Co. Ltd. yang mulai memompakan minyak pada Juli 2006. Pipa ini dimulai di Atasu di barat laut Kazakhstan, memasuki wilayah Xinjiang di Alashankou di perbatasan Kazakh-China, dan berakhir di PetroChina Dushanzi. Sementara Xinjiang melewatkan keajaiban China, Xinjiang benar-benar telah menyediakan bahan bakar untuk China dan karena alasan ini Xinjiang secara merupakan wilayah yang kritis.
Peningkatan ekonomi China menyaksikan penciptaan Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones -SEZ) di wilayah pesisir China di mana menjadi tempat barang diproduksi untuk transit ke dunia melalui lautan. Masalah yang dimiliki China adalah hal ini membuat ekonominya tergantung pada rute laut, tetapi China tidak memiliki militer yang dapat mengamankan jalur pasokan laut ini. Ini karena angkatan laut AS mengontrol lautan dunia dan setiap blokade dari banyak pulau kecil yang mengelilingi China di wilayah itu akan menyebabkan lumpuhnya ekonomi China. Di sinilah Xinjiang muncul ke lukisan sebagai jalur darat utama China ke dunia secara historis.
China Barat menyediakan akses perluasan ke Laut Arab melalui Pakistan, dan ke Samudra Hindia dan Teluk Persia. China dapat mengakses Pakistan, Asia Tengah, Timur Tengah dan seluruh Eurasia dan sekitarnya melalui Xinjiang dan mengangkut sumber daya melalui darat dan menghindari ketergantungan berlebihan pada rute laut yang rentan. Karena alasan inilah Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative -BRI) China yang kolosal akan memiliki banyak seksi yang dijalankan melalui Xinjiang untuk mengkoneksikan seluruh negara (China) ke Eurasia dan sekitarnya. Dengan cara ini, Xinjiang telah menjadi semacam lynchpin geografis untuk konektivitas ekonomi di seluruh Eurasia. Seluruh inisiatif BRI menjanjikan memiliki implikasi besar bagi hubungan perdagangan China dan pengaruh global dan yang menjadi pusatnya adalah Xinjiang.
Untuk alasan strategis, ekonomi, komersial, demografis dan politik, Xinjiang merupakan masalah eksistensial bagi China. Tetapi, mesipun dengan melemparkan banyak uang di wilayah tersebut dan di masa lalu menggunakan tangan besi, telah gagal untuk meraih kemenangan atas umat Islam di wilayah tersebut. Sementara media Barat baru saja memahami apa yang dilakukan China. Taktik Beijing itu mengikuti jejak Barat yang memiliki strategi serupa untuk menangani populasi Muslim mereka, yang telah lama mereka perjuangkan untuk diintegrasikan. Taktik itu telah gagal di Barat dan kemungkinan besar juga akan gagal di China. Masalah yang menakutkan bagi para pemimpin China adalah masa depan ekonomi dan politiknya yang melintasi wilayah yang dihuni oleh Muslim, yang telah diperjuangkan oleh Beijing selama lebih dari seabad. (*end)
Penulis: Adnan Khan (glr)