Mengapa Indonesia Gagal?

Kepemimpinan

Pemimpin yang kuat memiliki tiga karakteristik yaitu Integritas, Intelektualitas, dan Kewibawaan. Setidaknya tiga hal tersebut adalah watak paling elementer yang harus dimiliki oleh seorang Pemimpin.

Integritas adalah sikap jujur memiliki multiflier efek terhadap karakter seseorang.

Konsistensi, kesatuan kata dan perbuatan serta berkomitmen adalah sikap yang terlahir dari sifat jujur. Seorang Pemimpin yang memiliki integritas akan mampu mendapatkan trust dari berbagai pihak yang berhubungan dengan dirinya.

Sedangkan Intelektualitas adalah cermin kecerdasan pemikiran yang kemudian seseorang menjadi berkompeten atau tidak, berkapasitas atau tidak ditentukan oleh kadar intelektualitas yang ia miliki.

Kewibawaan adalah orisinalitas yang hanya bisa melekat pada seseorang yang memiliki Integritas dan Intelektualitas. Seseorang hanya akan menjadi ditakuti ketika publik menilai bahwa dalam dirinya tidak memiliki kedua karakter di atas.

Jika diperkenankan untuk berkata jujur, maka ketiga karakteristik kepemimpinan di atas sangat sulit kita lihat berada dalam diri Pemimpin di Indonesia.

Berkata kosong, inkonsisten dan tidak memiliki pendirian merupakan cermin Pemimpin yang tidak memiliki Integritas.

Tidak cerdas, penilaian tersebut berasal dari pemilihan kata-kata saat berbicara karena way of thinking seseorang memang menentukan apa yang ia keluarkan melalui lidah sebagai perpanjangan tangan pemikiran yang ada di kepalanya.

Pandemi merupakan peristiwa bersejarah dengan temuan-temuan baru yang mengharuskan seseorang Pemimpin memegang kendali untuk melakukan berbagai settlement.

Maka dibutuhkan seorang Pemimpin yang memiliki Integritas, Intelektualitas, dan Kewibawaan agar benar-benar bisa mengendalikan krisis yang sekarang telah berujung pada kehilangan puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu jiwa.

Jika tidak, pandemi akan menjadi bencana yang terus berlarut tanpa kepastian.