Duplikasi kemenangan Anies-Sandi untuk Sudrajat-Syaikhu semestinya lebih mudah bagi koalisi tiga partai pengusung. Fakta membuktikan, Jawa Barat adalah lumbang suara PKS. Ahmad Heryawan yang kader PKS sukses menjadi gubernur Jabar dua periode. Tak cuma sekedar menjabat gubernur, bahkan dengan sederet prestasi dan segudang penghargaan keberhasilannya memimpin Jawa Barat.
Kedua, sejarah kemenangan Anies-Sandi adalah sejarah kelegowoan seorang kader PKS, Mardani, yang gagal menempati posisi cawagub. Meski tak jadi, Mardani tak berkecil hati, malah menerima dengan lapang dada saat didapuk sebagai ketua timses Anies-Sandi. Mardani tetap all out mengerahkan seluruh sumberdaya kader dan struktur partai berjuang memenangi pasangan itu.
Ketiga, sejarah kemenangan Anies-Sandi juga adalah sejarah kerendahan hati dan pengorbanan PKS merelakan bongkar pasang calon dari Sandi-Mardani menjadi Anies-Sandi. Ini pengorbanan besar PKS untuk Jakarta. Pengorbanan PKS untuk ummat, bangsa, dan negara. Seluruh rakyat Indonesia, warga Jakarta khususnya, tak boleh lupa.
Keempat, sejarah kemenangan Anies-Sandi juga adalah sejarah kecerdasan dan kekuatan naluri politik Prabowo dalam menerawang dan merespon dinamika politik ibukota. Memunculkan Anies mendampingi Sandi, tawaran politik yang tak terpikirkan banyak orang saat itu. Hebatnya, dua kali pilgub Jakarta berturut-turut dimenangkan oleh pasangan calon hasil ramuan sang jendral. Siapapun mengakui bahwa sukses Jokowi-Ahok dan Anies-Sandi adalah produk tangan dingin politik Prabowo. Hal yang sama terjadi di Jawa Barat, dimana Prabowo secara tiba-tiba mengajukan Jendral (purn) untuk disandingkan dengan Syaikhu.
Kelima, tak boleh dilupakan juga, bahwa sejarah kemenangan Anies-Sandi adalah sejarah perjuangan dan pengorbanan ulama dan ummat Islam, yang berada dalam gerbong gerakan moral 212. Ketegasan fatwa MUI terhadap Ahok penista agama. Kegigihan Habib Rizieq Syihab memimpin kampanye “jangan pilih pemimpin kafir”. Kesabaran dan pengorbanan Ustadz Arifin Ilham yang sempat terluka terkena tembakan saat turun demo bersama ummat dalam aksi bela Islam. Tak kalah heroiknya adalah kesungguh-sungguhan ummat memenuhi panggilan jihad untuk bela Islam dan bela ulama. Datang ke Jakarta dengan berjalan kaki ratusan kilometer, saling berbagi makanan dan minuman, mencarter pesawat terbang, hingga tak gentar dengan hadangan polisi di perbatasan. Pengorbanan yang tak sia-sia dan sungguh luar biasa.
Semoga publik Jawa Barat tercerahkan dengan gerakan 212 dan koalisi tiga partai yang fenomenal ini.(kl/ts)
Penulis: Iko Musmulyadi (Direktur IMALA-Istana Mulia Asia Leadership Academy)