Menanti Langkah Nyata ASEAN di Myanmar

Hubungan spesial diantara kedua negara ditunjukkan dengan penyambutan khusus tuan rumah Myanmar dalam setiap kedatangan Presiden SBY ke Myanmar. Bahkan dalam kunjungan terakhir Presiden SBY pada KTT ASEAN Mei 2014 lalu di Myanmar, Presiden Myanmar U Thein Sein menggelar jamuan makan malam perpisahan khusus untuknya. Ia pun tak sungkan mengucapkan terima kasih dan penghargaan tinggi kepada Indonesia dan SBY atas perannya dalam mendukung Myanmar selama ini, baik di kancah regional maupun internasional. Tentu, hal ini tidak bisa terjadi secara instan. It takes two to Tango, diperlukan rasa saling percaya (mutual trust) dari kedua belah pihak untuk membangun hubungan yang kondusif seperti ini. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah dari ASEAN saat ini, bagaimana cara membangun rasa percaya Myanmar untuk bisa lebih terbuka dan mau mendengarkan saran dari ASEAN.

Komunikasi menjadi Kunci
Belajar dari masa lalu tersebut, ASEAN harus mampu memelihara komunikasi yang baik dengan Myanmar. ‘Diplomasi megafon’ tidak diperlukan untuk dilakukan. Berkaca dari apa yang pernah dilakukan Indonesia pada era Presiden SBY, langkah diplomasi yang dilakukan haruslah dilaksanakan diam-diam, tidak berteriak kesana kemari, namun menjadi bagian dari solusi. Selain itu, prinsip-prinsip non-intervensi dan musyawarah untuk mufakat dalam ASEAN Way harus dilihat sesuai konteks zaman. Ini bukan berarti membenarkan intervensi urusan dalam negeri orang, namun dengan kesesuaian konteks, langkah yang nyata dan tepat dapat diambil untuk kebaikan ASEAN.

ASEAN harus memosisikan diri sebagai kawan yang peduli dengan apa yang terjadi di Myanmar. Ketulusan sebagai kawan di ASEAN dianggap lebih efektif daripada menggurui atau bahkan mengecam Myanmar. Rasa percaya harus kembali dibangun untuk bisa memenangkan diplomasi di kawasan. Dari semuanya, yang paling penting adalah adanya inisiatif negara anggota ASEAN untuk mau memimpin (taking the lead) misi diplomasi ini. Indonesia bisa kembali mengambil inisiatif memimpin dan mengisi kekosongan seperti yang dilakukan Presiden SBY sebelumnya.

Ke depan, ASEAN tidak akan surut dari tantangan, baik yang berasal dari internal maupun dari eksternal. Kepiawaian memainkan peranan, terbangunnya rasa percaya dan komunikasi yang baik, serta itikad kuat ASEAN menjadi faktor kunci dari keberhasilan organisasi kawasan ini untuk mampu mengatasi setiap tantangan yang datang. Apa yang terjadi di Myanmar saat ini adalah ujian ke sekian dari soliditas, sentralitas dan kohesivitas ASEAN. Apapun yang akan diambil ke depan, langkah konkret ASEAN selanjutnya sangat dinantikan dunia. Ini bukan hanya soal citra ASEAN semata, namun juga menentukan kredibilitas ASEAN di mata dunia. * [sdo]

Penulis: Mira Permatasari, M.Si (Han) –
Director of The Yudhoyono Institute, Pemerhati Studi Kawasan ASEAN