MENAKAR KOALISI INDONESIA BERSATU (KIB)

by M Rizal Fadillah

Setelah Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS menyatukan suara untuk Capres Anies Baswedan, kini orang mulai memelototi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN dan PPP. kemana arah pencapresannya apakah Airlangga atau Ganjar.

Prabowo dan Puan bukan opsi karena keduanya punya partai sendiri atau cukup koalisi sederhana. Awalnya ramai perkawinan Prabowo-Puan.

Tidak mudah bagi KIB untuk segera menentukan pilihan padahal dalam “pertarungan” ini penting untuk segera diketahui siapa yang menjadi penantang Anies Baswedan ? Atau memang Anies Baswedan tidak punya lawan yang seimbang ?

Paling “senior” di antara tiga partai KIB tentu Partai Golkar sehingga figur yang paling layak dimajukan adalah Airlangga Hartarto Ketum Golkar. Masalahnya sudah diprediksi jika Airlangga bertarung melawan Anies Baswedan maka Airlangga akan kalah dengan mudah dan telak. Pada survey “badut-badutan” saja prosentase Airlangga itu jeblok.

Pilihan lain adalah Ganjar Pranowo titipan Jokowi dan oligarki. Ada kendala serius untuk mengusung Ganjar melalui KIB, yaitu Ganjar adalah kader PDIP, alangkah memalukannya Partai Golkar yang menjadi “pesaing” PDIP harus mengusung kader PDIP untuk Capres. Di samping Ganjar sendiri tidak “pede” jika keluar dari lingkaran PDIP. Ganjar ciut dan tidak berani melawan Ketum nya yang “pintar, cantik dan kharismatik”.

Kemungkinan lain KIB bergabung dengan Koalisi Perubahan. Mengincar posisi Cawapres saja berpasangan dengan Anies Baswedan. Maunya Anies-Airlangga. Kedatangan Surya Paloh ke Kantor DPP Golkar adalah pertanda. Belum lagi upaya Jusuf Kalla yang berusaha untuk menjembatani dua kubu Koalisi ini. Lemparan nama “Khofifah” adalah pancingan agar KIB cepat bergabung.

Eksponen tiga partai KIB sudah membentuk Sekber untuk dukungan kepada Anies Baswedan. Hal ini dapat menggiring KIB terpaksa bergabung bersama Anies Baswedan. Jika demikian ini akan menjadi Koalisi terbesar dan mainstream perubahan. Peta politik baru untuk menyudahi era “Jokowi and his gang”.

Jokowi dipastikan panik. Ia dengan segala cara dan berbagai alasan berupaya untuk memperpanjang masa jabatan, bahkan otak-atik tiga periode. Megawati tidak sejalan dengan Jokowi untuk pilihan ini. PDIP masih yakin menjadi pemenang Pemilu yang diadakan tahun 2024. PDIP tinggal memikirkan Presiden/Wakil Presiden saja.

Disinilah krusialnya Gerindra dan PDIP yang ragu untuk menyatukan kekuatan. Jokowi tidak bersamanya, artinya oligarki bisnis tidak mendukung. Maunya Jokowi itu bukan Prabowo atau Puan tetapi Ganjar. Cuma ya itu Ganjar “tidak punya partai”. Muncul Prabowo-Jokowi atau bahkan Megawati-Jokowi hanyalah lelucon politik sebagai hiburan di masa sakaratul maut kekuasaan.

Kini tinggal menunggu KIB untuk mengambil keputusan. Pilihan bergabung KIB dan Koalisi Perubahan adalah tiket kemenangan Anies Baswedan untuk Presiden. Kemenangan partai-partai gabungan untuk selamat sekaligus kekalahan berat “Jokowi and his gang”. Mengubah wajah politik PDIP menjadi tidak cantik dan kharismatik lagi. Gagal memiliki petugas partai baru di tahun 2024.

Bergabung KIB dan Koalisi Perubahan adalah pilihan pragmatis, realistis dan strategis. Strategis untuk memulai menjalankan agenda perubahan.
Bersama Koalisi Rakyat untuk Perubahan. Gerakan rakyat semesta.

Bravo Anies Rasyid Baswedan.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 3 Februari 2023