Eramuslim.com – BAHKAN setelah Prabowo dan Amien Rais bertemu dengan imam besar Habib Rizieq Sihab (HRS), poros politik oposisi semakin kacau. Amin Rais mendeklarasikan diri sebagai Capres 2019, PKS mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres berpasangan dengan Aher, Yusril berjalan tetap dengan kesendiriannya serta anasir-anasir pengkhianat dalam tubuh Partai Gerindra pun mulai meragukan kemungkinan Prabowo berjaya dalam Pilpres 2019.
Benarkah masa depan politik Prabowo sebagai capres sudah hancur? Bagaimana menakarnya? Indikator-indikator apa yang kita pentingkan untuk mengukur hal itu?
Beberapa hal sebagai berikut mungkin bisa dijadikan alat ukur: 1) Leadership Prabowo, 2) Logistik Prabowo, 3) Dukungan Habib Rizieq, 4) Krisis Ekonomi dan 5) Eksistensi dan Keberhasilan Rezim Jokowi
Leadership Prabowo
Mengukur leadership Prabowo dapat dilihat dari antusiasme elit-elit politik berkumpul dengannya, antusiasme massa bertemu dengannya dan bagaimana dia menjalankan organisasi politiknya, baik partai maupun jaringan. Sampai saat ini kita melihat bahwa antusiasme tokoh-tokoh politik maupun massa begitu besar jika bertemu dengan Prabowo.
Dari sisi elit, oposisi sampai saat ini tetap mengakui bahwa pemimpin utama mereka adalah Prabowo. Hal itu diperlihatkan dengan berbagai keputusan strategis, seperti urusan Pilkada dan isu usu nasional yang digulirkan (misalnya anti TKA China, kembali ke UUD45 Asli, #2019 Ganti Presiden, dll) selalu dipengaruhi sikap akhir Prabowo.
Dalam menjalankan organisasinya, Prabowo konsisten menjalankan isu isu perubahan sosial. Kritik Prabowo atas ketimpangan sosial dan kemandirian nasional konsisten sejak awal. Orang mungkin berpikir bahwa Prabowo sangat menggelikan ketika bicara kemiskinan dengan menunggang kuda mewahnya. Sepertinya ironi.