MENAG YAQUT YANG KURANG KERJAAN

Kalau kita mau membuka sejarah. Ada beberapa kali kejadian berdarah yang melibatkan agama. Misalnya Poso dan Ambon. Umat Islam justru jadi korban.

Ada memang beberapa kisah penolakan pendirian Rumah Ibadah. Tapi umumnya memang bermasalah karena pelanggaran aturan. Biasalah. Pembangunan Gereja ditolak didaerah mayoritas Muslim. Tapi pembangunan Masjid juga ditolak di Toba Samosir dan Perum Agape Minahasa Utara yang mayoritas Non Muslim.

Ada Gereja dibakar massa di Sigli-Aceh. Tapi ada juga Masjid dibakar massa di Tolikara- Papua.

Artinya sama saja. Sebagian kecil umat Muslim maupun Non Muslim sama-sama memerlukan pembinaan. Tetapi secara keseluruhan, toleransi beragama di Negeri ini sangat baik. Terbaik di dunia. Hanya sekelompok orang yang selalu meributkan percikan-percikan kecil.

Sekarang toleransi yang indah itu justru dipanas-panasi dari Pemerintah sendiri. Meributkan suara Azan yang sudah menjadi ciri khas Negeri inu sejak jaman sebelum Indonesia Merdeka.

Saran saya, sebaiknya Menteri Yaqut coba menginap dulu di Parapat Danau Toba. Ketika tiba Subuh akan terdengar azan dari Masjid. Namanya azan ya paling lama 5 menit. Kurang lebih setengah jam kemudian, setelah selesai Sholat Subuh, gantian akan ada Khotbah Rohani sekitar setengah Jam dari Pendeta yang diperdengarkan lewat pengeras suara. Lumayan lama. Wajar. Karena Parapat-Danau Toba kawasan Mayoritas Umat Kristen.

Sebagai Wisatawan apa saya protes?

Ya nggalah. Justru saya senang dan damai mendengarkan khotbah ajakan untuk mengingat Tuhan. Sekalipun dari keyakinan yang tidak saya imani. Saya dan si Anggrek Bulan bisa duduk santai memandang pantulan “Sun Rise” dipermukaan Danau Toba.