Sepanjang sesi acara, tak sekalipun Najwa menampakkan sikap memojokkan. Dia justru tampil sangat santun, malah kelihatan sedikit “inferior” jika dibandingkan dengan gaya Najwa biasanya, di hadapan tamu lainnya. Najwa seperti memposisikan dirinya di bawah Megawati. Najwa seolah sedang mewawancarai “boss”nya. Dengan situasi seperti ini, jelas Megawati merasa nyaman dan tetap bisa menjawab tiap pertanyaan dengan gayanya seperti biasa. Meski agak lambat dalam menjawab, tak sekalipun Najwa mendesak, apalagi memotong. Bahkan ada pertanyaan yang tak mau dijawab Mega, Najwa pun tak mendesak sama sekali, dia bahkan kemudian mengalihkan ke pertanyaan lain.
Beda banget ketika Najwa mengundang Angel Lelga. Kehadiran Angel Lelga di acara Mata Najwa karena keikutsertaannya dalam pesta politik, Pemilihan Umum tahun 2014, sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari PPP. Angel maju sebagai caleg dari derah pemilihan Jawa Tengah V, satu dapil yang sama dengan Puan Maharani, putri Megawati. Disini Najwa tampak “garang” menghabisi Angel. Pertanyaan-pertanyaan menohok terus dilemparkan, meski Angel sudah jelas sejak awal tampak kedodoran dalam menjawab, namun tak sedikitpun Najwa menunjukkan belas kasihan. Najwa makin tampak superior dihadapan tamunya yang jelas tidak selevel dengannya dalam hal adu argumen. Sebenarnya, tanpa tampil mencecar pun, pemirsa sudah bisa menilai kapasitas Angel Lelga, kalau itu yang hendak ditunjukkan Najwa.
Banggakah Najwa jika dia terlihat superior dan hebat dihadapan seorang Angel Lelga? Ibarat seorang mahasiswi jurusan ilmu komunikasi politik semester 5 berdebat dengan anak SMP kelas 1. Kalau pun menang, si mahasiswi tak akan tampak hebat. Sebaliknya, si bocah SMP tak akan dikatakan bodoh. Sebab keduanya tidak selevel. Sebagai jurnalis kawakan yang sudah berkali-kali tampil menghadapi politisi senior, seharusnya Najwa malu kalau dia menghadapi Angel Lelga dengan menggunakan peluru yang sama dengan peluru yang dipakainya “menembak” politisi yang sudah malang melintang di Senayan. Seharusnya Najwa tahu, lawan yang dihadapinya kelas apa (kalau diibaratkan ring tinju), sehingga dia tak perlu memboroskan jab-jab dan pukulan ekstra keras hanya untuk meng-KO-kan lawan yang memang tak seimbang bobotnya.