6 Dimensi Krisis
Secara umum, kita dapat dengan mudah membaca dan melihat berbagai krisis yang menggurita negeri ini. Terdapat 6 krisis yang paling besar yang sudah menggurita negeri ini sejak puluhan tahun :
1. Krisis beragama, khususnya Islam. Islam semakin diperangi dan disingkirkan dari kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Islam diharamkan masuk politik, hukum dan pemerintahan. Nyaris Islam tinggal namanya, Al-Qur’an tinggal tulisannya dan umat Islam tinggal KTP saja.
Padahal negeri ini dimerdekakan dan dibentuk sejak awal oleh para Pejuang dan Pendirinya agar menjadi negeri Baldatun Thayyibatun Warobbun Ghafur.
Artinya negeri yg menerapkan syariat Islam setelah Allah anugerahkan rahmat kemerdekaan, khususnya oleh para pemeluk Islam spt yg tertuang dlm 7 kata Piagam Jakarta yg dihapus beberapa saat sebelum deklarasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Sejak 7 kata tsb dibuang oleh Hatta, Soekarno dan kelompok sekular lainnya dari Piagam Jakarta, Islam tersingkir dan tidak mendapat tempat yg layak dan menjadi asing di atas bumi sendiri, kecuali dalam urusan pribadi yg sangat terbatas.
Dalqm urusan negera, poltik, pemerintahan, ekonomi, pertahanan, keamanan, hukum, pendidikan, budaya dan seterusnya, *Islam No Way*.
Akibatnya, umat Islam yang mayoritas dengan mudah disingkirkan dan dipinggirkan dari berbagai panggung dan lapangan kehidupan. Bahkan lebih sadis lagi, umat Islam dijadikan objek politik, ekonomi dan berbagai kebijakan zalim lainnya.
Seruan kembali kepada Islam yg menyeluruh dituduh dan dilabeli sebagai Islam radikal, intoleran, eklusif, fundamentalis dan bahkan teroris. Tak terhitung sudah berapa umat Islam jadi korbannya.
Sebaliknya paham Islam menyimpang disebarkan, didukung bahkan dipaksakan untuk diyakini umat Islam sebagai sebuah kebenaran seperti, Islam sekular, Islam liberal, Islam Nusantara dan lainya.
2. Krisis jati diri para pejabat pemerintahan; Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan lembaga/instansi lainnya dalam semua level. Mereka mengalami krisis iman dan akhlak sehingga budaya korupsi, sogok menyogok, berjudi, gaya hidup hedon, menipu, memeras, merampas hak rakyat dan berbagai kejahatan lainnya semakin subur dan mengakar dengan kuat. Seakan sdh menjadi biasa dan lumrah dan sudah menjadi kebiasaan yang baik.
3. Krisis hukum, perundang-undangan dan peraturan semakin sekarat. Hukum hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hukum, undang-undang dan perturan sudah menjadi barang dagangan dan dapat dipesan sesuai order, baik yg order orang punya uang ataupun yg punya kekuasaan.
Yang punya uang bisa membelinya sesuai kehendak dan kepentingannya. Para pejabat negara (khususnya legislatif dan yudikatif) seringkali hanya menjadi tukang stempel penguasa setelah dapat angpau dari pengusaha, penguasa dan berbagai kelompok mafia lainnya.
4. Krisis politik semakin dahsyat sehingga kehidupan politik semakin bar-bar. Orang baik, jujur dan pandai, dilabeli buruk dan pembohong. Pembohong, korup, dungu, penipu dan suka berbuat zalim dilabeli dengan baik, amanah, berprestasi dan profesional.
Praktek politik bagaikan hukum rimba. Yang muncul ke permukaan adalah partai-partai politik dan para politisi bekerja hanya berebut kekuasaan, jabatan dan membangun dinasti politik dengan menghalalkan segala cara, sejak dari money politik sampai manipulasi dan intimidasi.
Rakyat hanya dijadikan keset politik demi meraih keuntungan jabatan agar kemudian mudah berkorupsi ria dan menyalahgunakan jabatan.
Sungguh partai-partai
politik dan para politisi saat ini telah nyata penyebab hancurnya kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
Di antara sebabnya, karena mereka manusia-manusia miskin iman, kejujuran, amanah, profesionalisme dan tidak ikhlas dalam aktivitas berpolitik untuk kepentingan rakyat. Padahal mereka digaji dari uang rakyat.
Mereka lepaskan politik dari agama, sehingga mereka dgn cepat menjadi manusia-manusia rakus dan tamak terhadap jabatan dan berbagai hiasan dunai lainnya, pada waktu yg sama, mereka kehilangan sifat MALU.
Ralulullah menjelaskan :
إذا لم تستحْ فاصنَعْ ما شئتَ (البخاري)
Apabila Anda sudah tidak punya malu, maka silahkan apa saja yang Anda ingin lakukan
(H.R. Al-Bukhari)
5. Krisis ekonomi yang semakin nyungsep sehingga jatuh sampai ke titik di bawah nadir. Halal dan haram tidak jadi acuan. Akhirnya, kezaliman ekonomi semakin menggila. Ketimpangan hidup antara si kaya dan miskin semakin tidak terbatas.
Di negri ini, yang berhak menikmati kekayaan negeri yg berlimpah ini hanya para pejabat, politisi dan kaum pebisnis, khusunya kelompok oligarki yg selalu duduk setia di samping para pejabat dan penguasa.
Rakyat tidak berhak mendapatkan hasil eksploitasi dan pengolahan seluruh kekayaaan yang ada di negeri ini. Alasannya, karena mereka tidak berpendidikan, tidak terampil, tidak produktif dan berbagai alasan lainnya. Akhirnya, rakyat ibarat ayam mati di lumbung padi.
Ajaibnya, saat pemilu tiba 5 tahun sekali, rakyat disanjung dan diberikan janji-janji manis dan angin syurga lainnya sambil diberi (disumpel) dengan bantuan alakadarnya demi mendapat suara mereka. Padahal yg dikasihkan itu adalah hak mereka (rakyat) sendiri.
Sesungguhnya semua kekayaan yg ada di negeri ini secra hukum Islam adalah milik semua manusia yg tumpah darahnya di negeri ini.
Rasulullah menjelaskan :
المسلِمونَ شُركاءُ في ثلاثٍ ، في الكَلَإِ ، والماءِ ، والنَّارِ (أبو داوود)
Berbagai sistem, instrumen dan praktek ekonomi yg diterapkan di negeri ini juga menyebabakan kehancuran dan kebangkrutan serta dicabutnya keberkahan oleh Allah Ta’ala, Sang Raja Pemilik alam semesta. Di antaranya :
1. Sistem Riba yg sangat Allah murkai sehingga Allah sendiri yg memerangi dan memghancurkannya.
Allah berfirman :
یَمۡحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَیُرۡبِی ٱلصَّدَقَـٰتِۗ وَٱللَّهُ لَا یُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِیمٍ (البقرة : ٢٧٦)
Allah membumi hanguskan (ekonomi berbasis sistem) riba dan menumbuh kembangkan *sistem shadaqaat* dan Allah tidak menyukai orang kafir lagi pendosa (Q.S. Al-Baqarah : 276)
2. Mata uang kertas (Fiat) yg tidak memiliki nilai intrinsik. Tidak disadari mata uang kertas telah menjadi alat tukar yang menipu dan sangat besar pengaruhnya tehadap kehancuran ekonomi. Bayangkan, U$100 biaya cetaknya hanya U$ 5 cent, kemudian dapat ditukar dengan komoditi apapun senilai U$ 10.000 cent.
3. Berbagai instrumen ekonomi & bisnis seperti capital market, bisnis valuta, futures trading, asuransi dan lainya juga menjadi faktor kehancuran ekonomi.
4. Perpajakan juga memiliki andil besar thdp mandeknya pertumbuhan ekonomi dan menimbulkan kezaliman atas rakyata. Apalagi jika pajak dijadikan sumber utama pemasukan negara degan nilai/persentase semakin menggila seperti yang terjadi di AS dan negara Eropa lainnya, maka akan terjadi kezaliman dan perampokan harta rakyat yg sangat merugikan mereka.
5. Buruknya kinerja dan praktek manajemen pemerintahan melahirkan inefisiensi, budaya korupsi, sogok menyogok dan pemborosan.
Rasulullah menjelaskan :
لعنةُ اللهِ على الرّاشِي والمُرْتَشِي (أبو داوود)
Laknat Allah atas orang yang menyogok dan menerima sogok (H.R. Abu Daud)
6. Sistem kapitalisme yg diterapkan telah melahirkan :
– Monopoli oleh sekelompok orang yg punya modal dengan berkolaborasi dengan prang yang punya kekuasaan.
– Jual beli undang-undang dan peraturan menjadi solusi bagi para penjahat politik, ekonomi, bisnis dan hukum.
Akhirnya terjadi penjajahan ekonomi dengan target dan tujuan :
– Melestarikan kemiskinan mayoritas rakyat.
– Merekayasa mereka sebagai objek market dan membentuk mereka berjiwa konsumtif/pemboros.
6. Krisis pendidikan telah menciptakan dunia pendidikan sangat-sangat memprihatinkan. Selama 79 tahun merdeka, pemerintah gagal total membentuk generasi terbaik. Generasi yg memiliki iman yg benar dan kuat, akal yg cerdas, pengtahuan yg luas, akhlak mulia, bermental pejuang/fighter, kreatif dan mampu bersaing di tingkat global dlm urusan din (agama) dan dunia.
Faktanya adalah, sadar atau tidak, negera menjadikan dunia pendidikan pabrik sekularisme, ateisme, hedonisme, materilisme dan berbagai paham dan prilaku menyimpang lainnya.
Sebab utamanya adalah agama, khususnya Islam dibuang dan dihapus dari dunia pendidikan. Kalaulah sekolah-sekolah Islam swasta seperti pesantren dan lainya tidak ada, mungkin tidak ada lagi generasi muda Muslim hari ini yang bisa baca Al-Qur’an, shalat dan seterusnya.
*Penyebab Krisis*
Secara umum, berbagai krisis tersebut terjadi berkepanjangan karena manusia umumnya dan umat Islam khususnya meninggalkan sistem Allah, dan bahkan ada yang memusuhinya.
Allah berfirman :
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِی فَإِنَّ لَهُۥ مَعِیشَةࣰ ضَنكࣰا وَنَحۡشُرُهُۥ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ [سُورَةُ طه: ١٢٤]
Dan siapapun yang meninggalkan peringatan-ku (Al-Qur’an), maka baginya kehidupan yang serba sempit dan Kami kumpulkan ia pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta. (Q.S. Thaha : 124)
*APA SOLUSINYA?* KEMBALIKAN SISTEM HIDUP MANUSIA KEPADA SISTEM CIPTAAN PENCIPTA MEREKA, ALLAH TA’ALA, AGAR MEREKA HIDUP BERKUALITAS DALAM URUSAN DIN, DUNIA DAN AKHIRAT, KHUSUSNYA TERKAIT :
SISTEM PEMERINTAHAN, KEPEMIMPINAN, HUKUM, POLITIK, SOSIAL, EKONOMI, BISNIS, KEKAYAAN/SUMBER DAYA ALAM, PERTANAHAN, PENDIDIKAN, PERTAHANAN, KEAMANAN, BUDAYA, PERDAMAIAN DAN TATA DUNIA
Allah berfirman :
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰۤ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوۡا۟ لَفَتَحۡنَا عَلَیۡهِم بَرَكَـٰتࣲ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ (٩٦)
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (96)
أَفَأَمِنَ أَهۡلُ ٱلۡقُرَىٰۤ أَن یَأۡتِیَهُم بَأۡسُنَا بَیَـٰتࣰا وَهُمۡ نَاۤىِٕمُونَ (٩٧)
Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? (97)
أَوَأَمِنَ أَهۡلُ ٱلۡقُرَىٰۤ أَن یَأۡتِیَهُم بَأۡسُنَا ضُحࣰى وَهُمۡ یَلۡعَبُونَ (٩٨)
Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? (98)
أَفَأَمِنُوا۟ مَكۡرَ ٱللَّهِۚ فَلَا یَأۡمَنُ مَكۡرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (٩٩)
Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi. (99) (Al-A’raf : 96-99).
Kesimpulan
Masa depan Indonesia masih gelap dan suram. Bahkan bisa lebih gelap dan lebih suram dari sekarang dalam berbagai lapangan kehidupan jika tidak kembali kepada sistem Allah, Tuhan Pencipta Manusia dan alam semesta, dalam semua lapangan kehidupan dan semua level masyarakat dan pemerintahan.
Untuk kembali kepada sistem Allah, diperlukan keimanan yang sampai ke tingkat *haqqul yaqin, ilmul yaqin dan ainul yaqin* akan kebenaranya dan ilmu yang cukup yang akan menjelaskan dan membimbing pelaksanaanya. Kemudian ada keinginan yang kuat untuk menerapkannya secara bertahap, dimulai dari hal-hal pokok dan mendasar.
Melihat fakta dan jati diri para eksekutif di semua level pemerintahan, sejak dari yang terendah sampai yang tertinggi, para anggota legislatif dan para pimpinan dan pejabat lembaga tinggi negara lainnya, sepertinya masih jauh panggang dari api.
Sungguh demikian adanya, sebagai Mukmin yang ingin hidup dalam kasih sayang Allah di dunia dan akhirat, kita tidak berputus asa dalam mengajak umat ini kembali kepada Allah dan sistem-Nya yang termuat dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah.
Sebagai penutup, mari kita renungkan dan hayati firman Allah berikut :
وَأَنِیبُوۤا۟ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُوا۟ لَهُۥ مِن قَبۡلِ أَن یَأۡتِیَكُمُ ٱلۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ (٥٤)
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong. (54)
وَٱتَّبِعُوۤا۟ أَحۡسَنَ مَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبۡلِ أَن یَأۡتِیَكُمُ ٱلۡعَذَابُ بَغۡتَةࣰ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ (٥٥)
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya. (55)
أَن تَقُولَ نَفۡسࣱ یَـٰحَسۡرَتَىٰ عَلَىٰ مَا فَرَّطتُ فِی جَنۢبِ ٱللَّهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ ٱلسَّـٰخِرِینَ (٥٦)
agar jangan ada orang yang mengatakan, “Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah)”,(56)
أَوۡ تَقُولَ لَوۡ أَنَّ ٱللَّهَ هَدَىٰنِی لَكُنتُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِینَ (٥٧)
atau (agar jangan) ada yang berkata, “Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa”,(57)
أَوۡ تَقُولَ حِینَ تَرَى ٱلۡعَذَابَ لَوۡ أَنَّ لِی كَرَّةࣰ فَأَكُونَ مِنَ ٱلۡمُحۡسِنِینَ (٥٨)
atau (agar jangan) ada yang berkata ketika melihat azab, “Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.” (58)
بَلَىٰ قَدۡ جَاۤءَتۡكَ ءَایَـٰتِی فَكَذَّبۡتَ بِهَا وَٱسۡتَكۡبَرۡتَ وَكُنتَ مِنَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ (٥٩)
Sungguh, “sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu, tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir.” (59) (Q.S. Az-Zumar : 54 – 59)