Manuver Sekularisasi UEA dan Kekacauan Dunia Arab

UEA diketahui memberikan dukungan militer untuk mantan Presiden Ali Abdullah Saleh sebelum kematiannya pada Desember 2017, karena Abu Dhabi memandang sejarah kepemimpinan Saleh yang secara pragmatis mampu menyeimbangkan kepentingan berbagai kekuatan sektarian sebagai pengalaman berharga yang berguna untuk rekonstruksi politik Yaman di masa depan. Sejak kematian Saleh, UEA juga telah berusaha untuk menyatukan Yaman dengan koalisi nasionalis-sekuler yang dipimpin oleh Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi.

Untuk menambah pengaruh Abu Dhabi dalam kondisi perang di Yaman dan memfasilitasi kembalinya pemerintahan sekuler di Yaman, UEA harus menggunakan kekuatan militer untuk membuat kantong-kantong pengaruh di Yaman. Ikatan kuat UEA dengan gerakan nasionalis di Yaman Utara dan kehadiran UEA yang mulai kuat di wilayah Hadhramaut yang kaya minyak menjanjikan kekuatan independen di Yaman, saat Arab Saudi melakukan serangan udara secara dominan di perbatasan utara Yaman.

Strategi UEA di darat bisa memberi sokongan logistik untuk kekuatan sekuler-nasionalis di Yaman dan melakukan serangan kepada gerilyawan al-Islah dan Houthi dengan lebih presisi ketimbang serangan udara yang dilakukan oleh Riyadh.

Selain meluncurkan serangan militer, UEA menggunakan kekuatan diplomasi untuk meyakinkan pihak Islamis Yaman untuk menerima penyelesaian secara politik. Pada 13 Desember, Mohammed bin Zayed bertemu dengan Ketua al-Islah Mohammed Abdullah Al-Yidoumi untuk meyakinkan Ikhwanul Muslimin Yaman untuk menunda aktivitas mereka dan bekerja sama dengan UEA melawan ancaman Houthi.

UEA juga menggunakan diplomasi rahasia untuk memecah belah kelompok Houthi dari dalam. Inisiatif diplomasi rahasia ini mengeruk kesuksesan besar pada 8 Januari, ketika Sheikh Hamir Ebrahim, seorang komandan pasukan Houthi terkemuka di Provinsi Hodeidah yang terletak di selatan Yaman, mendesak pasukannya untuk membelot ke koalisi GCC. Karena dukungan publik terhadap Houthi terus berkurang, UEA berharap pembelotan serupa akan terus terjadi, yang kemudian memperkuat koalisi otoriter sekulernya.