Manuver Licin Jokowi

Ketiga, upaya mempertahankan kekuasaan mentok. Awal Ganjar Pranowo menjadi kepanjangan tangan, akan tetapi hasil survey yang mengunggulkannya tercium rekayasa. E-KTP dapat menghadang. Belum lagi PDIP yang marah. Lalu Jokowi-Prabowo digelindingkan, namun Prabowo bukan jagoan yang dulu. Pasangan ini dipaksakan. Dijamin jeblok. Apalagi untuk hal ini harus melalui amandemen Konstitusi dahulu.

Keempat, Anies menjadi pilihan atas popularitas dan elektabilitas yang ada padanya. Anies perlu didekati dan dilobi agar sekurang-kurangnya mau menjadi protektor pasca lengser. Atau secara spektakuler siap berpasangan dengan Jokowi untuk Pilpres 2024. Jokowi tak punya pilihan selain menempel pada Anies Baswedan.

Kelima, manuver pemulihan citra dunia. Melalui Formula-E dan peresmian JIS yang megah, Jokowi berharap namanya akan ikut naik dan terputihkan. Anies mampu menggendong siapapun untuk meningkatkan reputasi. Ini yang diinginkan Jokowi. Jokowi harus terlihat “cool” dan harus berhasil merayu Anies untuk mulai “bersahabat”.

Manuver keputusasaan Jokowi ini bukan tidak berisiko. Para buzzer tentu kecewa dan dibuat mati kutu. Mungkin terjadi penurunan loyalitas. Kongsi dengan PDIP akan retak bahkan bisa pecah. Kehilangan dukungan PDIP merontokkan koalisi pendukung. Masing-masing mencari jalan sendiri sendiri. Kelompok oligarki di belakang mulai goyah kepercayaan dan mencari opsi dukungan figur baru. Bandar mulai bergerilya.