Prabowo menyadari pelecehan terhadap relijiusitas itu. Dia berjanji akan mengembalikan posisi para ulama dan pimpinan agama-agama lain ke ‘maqam’ mereka. Dihormati dan dijadikan sebagai ‘konsultan’ pemerintah. Ulama akan diberi kebebasan berdakwah. Tidak akan dipersekusi. Tidak boleh dikriminalisasikan. Bahkan, pemerintah akan memeberikan ruang yang lebih nyaman untuk kegiatan relijiusitas itu di dalam koridor bersama yang beratapkan dan berdindingkan Pancasila dan UUD ‘45.
Sebagai presiden, Prabowo akan menjamin eksistensi dan hak-hak golongan minoritas. Sesuatu yang sejak pra-kemerdekaan pun tidak pernah menjadi masalah. Umat Islam sebagai golongan mayoritas tidak pernah mempersoalkan kehadiran para minoritas. Dan tidak pernah terlibat konflik horizontal dengan minoritas mana pun. Persoalan terjadi ketika ‘penjahat-penjahat’ politik bermunculan dengan agenda yang mengusik umat Islam. Tentu saja secara natural agenda itu mengganggu stabilitas kaum muslimin. Itulah yang berlangsung di masa lampau, dan itu pula yang berulang di era Jokowi.
Sebagai presiden, Prabowo Subianto akan memperbaiki benjal-benjol dalam hubungan antara-golongan itu. Dan umat Islam selalu siap menjadi mayoritas yang ‘rahmatan lil alamin’ –sebagaimana disebut sendiri oleh Prabowo di dalam visinya, malam tadi.
Tidak hanya itu, Prabowo juga bersumpah akan menjadikan media massa sebagai sumber kritik. Akan memberikan kebebasan kepada mereka sesuai rambu-rambu yang diisyaratkan oleh Pancasila dan aturan terulis yang disepakati sebagai UU Pers. Tidak ada lagi persekusi dan prosekusi terhadap para penyiar berita faktual dan para penulis yang beroposisi.
Banyak lagi aspek yang dicakup oleh visi pemerintahan Prabowo. Anda perlu berdiskusi berhari-hari untuk menggali kebaikan demi kebaikan, perbaikan demi perbaikan, kelogisan demi kelogisan, yang terkandung di dalamnya. Saya mengatakan, tidak ada lagi yang harus saya pertanyakan tentang visi Prabowo kecuali saya memang tidak ingin Indonesia menjadi kuat, berdaulat dan terhormat.
Alhamdulillah, inilah manifesto politik (saya merasa lebih pas menyebut pidato malam tadi itu sebagai ‘maifesto politik’ ketimbang ‘visi’) yang akan membentuk Indonesia yang kuat dan berwibawa. Yang akan membentuk Indonesia dalam keseimbangan. Keseimbangan antara kemewahan dan kefaqiran Keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan penguatan relijiusitas. Keseimbangan antara eksploitas sumberdaya alam dan penyelamatan lingkungan. Keseimbangan antara pemerintahan yang kuat dan superioritas pengawasan.
Hari ini, rakyat Indonesia tidak lagi ragu tentang kapabilitas dan kapasitas Prabowo-Sandi. Tidak pula ragu tentang arah pemerintahan yang bakal mereka pimpin. Prabowo tidak anti-investasi asing, tidak juga anti-eksploitas kekayaan alam sepanjang itu dilakukan di atas kesepakatan bersama yang bersandar pada logika sehat.