Lanjut ke kasus lain yang juga menggemaskan, mari kita tengok insiden provokasi pembukaan peti mati jenazah Covid-19 di Cirebon, Jawa Barat. Videonya ramai beredar sejak Ahad (4/10) malam.
Setelah peti terbuka, jenazah tampak masih mengenakan baju dan popok. Keluarga yang semula telah mendapat penjelasan dan memahami serta menyetujui pemulasaraan dilakukan dengan protokol Covid-19 pun goyah. Mereka membawa pulang jenazah dan memandikannya. Kini, semua yang menyentuh jenazah diminta isolasi mandiri sampai situasi kondusif untuk menjalani uji usap Covid-19.
Sementara itu, warga DKI Jakarta lain lagi polahnya. Ketika pembatasan sosial berskala besar membuat aktivitas hiburan menjadi terbatas, sebagian dari mereka melipir ke daerah penyangga, Bekasi (Jawa Barat) dan Tangerang, Banten.
Ya, kalau saja mereka sadar, virus corona itu bergerak bersama orang. Jangan cari penyakit deh!
Kalau diurutkan dalam kadar bikin gemas, pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (purn) Moeldoko pada awal Oktober ini saya kasih tempat di urutan pertama. Betapa tidak, di tengah kasus-kasus yang menyudutkan tenaga kesehatan, dia malah ibarat menabur garam di atas luka. Pedih euy!
Ungkap dong kalau memang ada kasus rumah sakit mengcovidkan pasien meninggal demi mendapatkan anggaran dari pemerintah. Selain itu, pemerintah juga masih punya pe-er memperkuat kapasitas pengujian dengan hasil pemeriksaan yang bisa segera diketahui pasien dan keluarganya, menjalankan penelusuran kontak erat, dan memperbaiki layanan perawatan Covid-19.
Jangan sampai kasus Covid-19 makin menggurita karena ketidakpercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan akibat pernyataan-pernyataan pejabat negara yang bikin blunder. (sumber: RepublikaOnline)
*Penulis: Reiny Dwinanda, wartawan Republika.co.id