Eramuslim.com – ADA berita Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, yang dinilai “tak becus” menangani masalah kenegaraan khususnya wabah corona, maka publik kecewa dan Angkata Bersenjata mengambil langkah dengan mengangkat Jenderal Walter Braga Netto sebagai “Presiden Operasional”. Bolsonaro dianggap tak mampu mengatasi krisis wabah dengan efektif. Kini posisinya hanya sebagai raja tanpa kekuasaan. Keputusannya tidak didengar, termasuk oleh Angkatan Bersenjata.
Di Indonesia tingkat kekecewaan publik juga terasa, terutama melihat kebijakan yang membingungkan. Benturan sikap dengan Gubernur DKI yang disebut sebagai episentrum pandemik. Begitu juga dengan daerah lain yang lebih cenderung untuk menetapkan pola “menutup wilayah”. Social distancing ataupun phisical distancing dinilai tak cukup efektif tanpa “lockdown” atau penutupan wilayah.
Sementara Pemerintah Pusat semakin tak jelas kebijakannya. Menolak penutupan wilayah dengan opsi Pola Pembatasan Sosial Berskala Besar. Alih-alih Peraturan Pemerintah yang semestinya cepat dikeluarkan, justru Perppu kontroversial yang diumumkan. Perppu No 1 tahun 2020 yang mendorong pemerintahan semakin otoriter dan membuka peluang korupsi.
Koordinasi Presiden dengan para menteri tampaknya juga kurang bagus. Ada Menteri yang luar biasa dominan, sedang yang lainnya nyaris tak terdengar. Baik kebijakan maupun perannya. “Stay at home” atau “work from home” mungkin.