Walau begitu, kedua argumen palsu itu akan saya jawab juga. Bila seorang Menko menyampaikan argumen walau palsu tetap harus ditanggapi dengan serius.
Indonesia Bejibun Industri Smelter
Dalam menyusun artikel ini saya bertanya kepada seorang teman yang puluhan tahun berkecimpung di industri kelistrikan. Ia telah terlibat dalam pembangunan projek infrastruktur, gedung-gedung pencakar langit, pembangkit listrik di berbagai skala maupun sumber energi. Beberapa teman lagi memberi masukan tentang pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya dan membutuhkan profesionalitas tinggi.
Menurut mereka tidak ada pekerjaan yang tidak bisa dilakukan orang Indonesia. Pekerja Indonesia terkenal sangat berdedikasi, berani dan mau digaji rendah. Pekerja tambang (miner) adalah pekerjaan yang berat dan berbahaya.
Ribuan pekerja tambang di Indonesia bekerja dengan gaji Rp 5 juta/bulan. Bandingkan dengan pekerja tambang Australia yang memperoleh minimum Rp 100 juta/bulan. Penyelam mutiara juga pekerjaan berbahaya, perbandingan penghasilan mereka tidak berbeda dengan pekerja tambang.
Anda bisa tambahkan hal itu untuk tukang las bawah laut, pembongkar kapal, teknisi menara Sutet, pekerja konstruksi gedung pencakar langit, dsb.
Mereka melakukan pekerjaan dengan kualitas sama namun dengan bayaran seperduapuluh bahkan sepertigapuluh pekerja asing. Jadi sila bayangkan opportunity cost yang hilang: seorang TKA sebetulnya menggantikan pekerjaan 20-30 orang pekerja lokal.