Setelah lulus sekolah, tetap ada prank. Pakai kartu pula. Kartu Prank Kerja kalau tidak salah. Peserta, yang lolos seleksi, dapat voucher Rp 3,5 juta. Pencairannya bertahap. Voucher dapat digunakan untuk berbagai pelatihan.
Pelatihan-pelatihan, yang sebetulnya, tersedia semua di Youtube. Free. Program ini, kalau kata Suku Maori, “Uaua.” Alias Tricky.
Jurnalis pun tidak lepas dari prank. Khususnya, jurnalis baru di daerah. Biasanya, tipikal jurnalis fresh graduated, identik dengan karakter militan. Memiliki daya juang tinggi mengejar taruna (Berita).
“Kejar! Kejar! Kejar!” Jangan sampai bobol (beritanya) bos. Jauh sebelum Presiden Jokowi memopulerkan slogan, “Kerja! Kerja! Kerja!”
“Bro, barusan ada kabar temuan mayat di Jl. Antah Berantah!” seru seorang senior di sebuah tongkrongan. Wartawan baru, biasanya pasti akan ditunjuk sebagai sukarelawan. Untuk memastikan fakta informasi tersebut.
Tiba di TKP, fakta soal mayat memang benar. Tapi, bukan mayat manusia. Melainkan tikus mati. Ending-nya pun bisa ditebak.
Jadi, Gaes. Dunia ini sebetulnya tidak pernah lepas dari prank. Bahkan, setan di dunia lain pun juga kena. Normalnya, setan dikurung selama bulan suci ramadhan.
Tiba-tiba, Tuhan berkehendak lain. Justru, manusia yang dikurung. Bahkan pengurungan sudah dilakukan jauh sebelum ramadhan. Sejak kemunculan kasus Covid-19.
Baru-baru ini, muncul sosok Ferdian Paleka, sang pahlawan kesorean. Youtuber asal Bandung, Jawa Barat itu, berhasil bikin warganet gemas. Melancarkan aksi prank bantuan sosial (bansos) untuk transpuan. Demi subscriber dan viewers.
Misi awalnya ingin mengungkap, bahwa pemerintah Kota Kembang, bobol. Dalam hal penertiban warga selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Covid-19. Caranya? Lewat pembuktian langsung. Targetnya? Kelompok transpuan yang sedang praktik mencari “lawan tarung.”
Dalam kontennya, Ferdian tega melecehkan transpuan. Memberi bingkisan bansos tipu-tipu. Isinya, sampah dan batu. Lumayan keji. Mirip-miirp PKI? Bisa jadi. “Sampah itu rasanya apa, Jenderal?”
Melalui konten tersebut, Ferdian ingin menunjukkan bahwa, bingkisan sampah itu ibarat para transpuan. Representasi sampah masyarakat. Menurutnya, mereka layak disikat.
Sampai disitu paham, Ya?
Tapi ternyata itu pun belum cukup membuatnya bahagia. Ferdian kembali membuktikan diri. Siapa yang layak dianugerahkan sebagai sampah masyarakat sejati?
Setelah “konten sampahnya” viral, Ferdian sempat mengunggah konten khayalan. Sebelum dirinya buron ke Palembang, Sumatera Selatan.