Isu kudeta untuk memproteksi Jokowi seperti ceritra sandiwara boneka. Ya kudeta boneka. Karena yang faktual justru isu pemakzulan.
Pemberhentian Presiden secara konstitusional. Presiden yang dinilai sudah tidak mampu lagi mengelola negara.
Pasal 7 A UUD 1945 mengatur absahnya pemakzulan tersebut. Bukan kudeta. Sejak periode awal Jokowi sudah dipertanyakan kapasitasnya. Di periode kedua pertanyaan itu muncul lebih besar lagi.
Pandemi covid 19 menempatkan posisinya lebih berantakan. Ambyar.
Jahatnya Boni justru menuduh kelompok yang akan kudeta itu adalah yang dahulu ingin memenangkan Pilpres 2024, lalu HTI, kemudian “barisan oportunis yang haus kekuasaan dan uang”. Sebaiknya jika ia sudah mengantongi nama-nama tokoh oposisi yang akan “mengkudeta Jokowi” sebut saja ke publik.
Jika nama-nama oposisi yang disebutkan Boni benar jaringan kudeta maka Hargens bisa jadi pahlawan, hero penyelanat bangsa dan negara. Namun jika tidak, maka itu akan menjadi semburan fitnah ala komunis yang biasanya “asal tembak dan asal jeplak” demi jilatan pada penguasa.
Cerita kudeta boneka sedang dimainkan untuk membangun soliditas palsu. Cerita selalu berulang sebagaimana PKI menuduh adanya Dewan Jenderal yang akan mengkudeta Soekarno. Padahal yang ada adalah gerakan PKI yang sedang menelikung dan memanfaatkan Soekarno.
Untung saja Kolonel Untung tidak beruntung. Si tukang fitnah PKI harus menanggung akibat dari perbuatannya sendiri.
PKI tak pernah kapok berkhianat sejak 1927, 1948, dan 1965. Kini baunya mulai menyengat. Ia bergerilya di area kekuasaan. Berlindung pada ideologi Negara. Seolah ia bela habis-habisan Pancasila padahal sebenarnya ia ingin tendang jauh-jauh. Hingga ke Ekasila.
Seperti biasa, anasir PKI pandai berpura-pura dalam bermain propaganda dan berstandar politik ganda.
Meski wajar namanya juga boneka. Boneka Cina ! (*gelora)
Penulis: M. Rizal Fadillah