Krisis politik di Libya akan berdampak secara global, terutama bagi pasokan energi minyak dan gas dunia. Selama ini negara-negara Barat dan Uni Eropa mendapatkan pasokan minyak dari negeri Afrika Utara itu. Muammar Gadhafi yang berkuasa selama empat dekade, ikut menjamin stabilitas dan kebutuhan energi dunia.
Libya memproduki minyak 4,5 juta barrel/setiap hari, selain Arab Saudi yang memproduksi 3,5 juta barrel/setiap hari. Kedua negara ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi keamanan energi dunia, terutama negara-negara Barat dan Uni Eropa. Negara-negara Barat dan Uni Eropa sangat bergantung dengan pasokan energi minyak dari Libya.
Pembrontakan yang berlangsung saat ini di Libya, antara ‘hidup-mati’ bagi rakyat yang menginginkan turunnya Muammar Gadhafi dengn kekuatan pendukung pemerintah, terutama militer memasuki hari ke enam, dan mengakibatkan banyaknya jatuh korban. Situasi ini menyebabkan tidak menentunya masa depan bagi kepentingan Barat dan Uni Eropa, yang selama ini mendapatkan jaminan pasokan minyak dari Gadhafi.
Libya memiliki cadangan minyak 47 miliar barrel minyak, dan merupakan negara penghasil minyak terbesar ke 9 di dunia, dan negara yang paling kaya minyak di Afrika. Libya menjadi anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), kekayaannya yang miliaran barrel minyak ini, Libya menjadi faktor penting bagi stabilitas energi dunia. Libya bukan hanya penghasil minyak, tetapi negeri di Afrika Utara ini, juga memiliki cadangan gas, 54 triliun kubik.
Hampir 95 persen minyak Libya di ekport ke negara-negara Barat dan Eropa. Negara-negara Barat dan Uni Eropa, sesudah perubahan politik di Libya, dan mendekatnya Muammar Gadhafi kepada Barat, dan dibukanya terusan Suez, maka ratusan perusahaan minyak dan gas melakukan investasi ke Libya.
Explorasi besar-besaran dilakukan perusahaan minyak Barat, seperti BP (British Petroleum), Exxon, Total, Occidental Petroleum, Marathon Oil, dan Oil and Amerada Hess menandatangani ekplorasi minyak dengan pemerintah Libya. Kerjasama dengan perusahaan Barat semakin terbuka sejak tahun 2003 dan 2004, ketika PBB mencabut sanksi atas Libya, dan tahun 2006, Amerika Serikat mencabut status Libya, yang selama ini dituduh sebagai negara teroris. Negara-negara Barat, selama 19 tahun, absen dalam investasi minyak di Libya. Sekarang Barat mendapatkan pasokan minyak dari Libya.
Tetapi dengan pecahnya pembrontakan di Libya, di mana situasi politik di negeri itu sangat tidak menentu, yang belum dapat diprediksi, bagaimana akhir pembrontakan rakyat Libya yang menginginkan perubahan politik. Belum dapat diprediksi bagiamana masa depan Libya, dan seperti apa corak kepemimpinan pasca Muammar Gadhafi?
Jika krisis ini berlanjut dan tanpa kesudahan, maka akan mempunyai dampak secara global, khususnya pasokan minyak kepada negara-negara Barat dan Uni Eropa yang selama ini bergantung kepada Libya.Hubungan Libya dengan negara-negara Barat belum lama, sejak PBB mencairkan sanksi, dan mulai lagi negara-negara Barat, membangun kerjasama energi dengan Libya. Sehingga, Libya ikut menjamin stabilitas pasokan minyak dunia.
Sekarang terjadi krisis yang hebat di Libya, dan mengakibatkan naiknya harga minyak di pasaran dunia, di London dan New York, yang sekarang harga minyak sudah mencapai $ 105 dolar/perbarrel, bagi jenis minyak brent. Minyak Libya dieksport, jenis minyak yang paling baik, dan banyak dibutuhkan oleh perusahaan dan industri di Barat.
Perusahaan minyak yang sudah melakukan investasi ke Libya adalah BP (British Petroleum), yang telah melakukan investasi besar-besaran ke Libya. Sekarang BP sudah mengungsikan para pekerja mereka beserta keluarganya kembali ke negaranya. 140 pegawai minyak dan keluarganya dari BP telah dipulangkan menyusul situasi di Libya yang semakin genting. Perang terbuka antara rakyat dengan militer terjadi di ibukota Tripoli, dan terjadi pembakaran gedung pemerintahan sepanjang hari.
Krisis di Libya ini, hanya mengingatkan saat krisis yang terjadi di tahun 1970 an, ketika Raja Faisal dari Arab Saudi yang melakukan embargo minyak kepada negara-negara pendukung Israel, yang mengakibatkan pasokan minyak dunia mengalami krisis. Bahkan, di Amerika Serikat, mengalami kelangkaan BBM, dan tempat penjualan BBM tutup.
Tetapi, bukan hanya menyangkut kelangkaan energi minyak yang akan dialami Barat, tetapi langkah-langkah menuju recoveri ekonomi Barat yang dilanda krisis dan resesi akan terganggu. Sekarang Barat harus menghadapi krisis politik di seluruh Timur Tengah, dan menuju pergantian rezim, yang belum dapat diprediksi, bagaimana rezim-rezim baru nanti?
Presiden Amerika Serikat Barack Obama, kurang memberikan perhatian terhadap situasi di dunia Arab, karena Obama harus menyelamatkan dirinya sendiri, yang tahun depan bakal menghadapi pemilu, dan banyak kebijakan yang akhirnya dikandaskan oleh Partai Republik, yang sekarang menguasai Kongres. Apakah Obama masih dapat selamat dan terpilih kembali?
Jika berlarut-larut krisis yang terjadi di dunia Arab, maka dampaknya akan sangat mengancam stabilitas energi dunia, dan akan berdampak terhadap ekonomi global. Minyak dan gas Libya sangat penting bagi negara-negara Barat dan Uni Eropa yang industri mereka sangat tergantung dari minyak. Sementara, Mesir menjadi kunci bagi ekonomi global, bagaimana situasi politik di negeri Spinx itu, karena terusan Suez menjadi urat nadi bagi perekonomian dunia.
Semuanya akan sangat ditentukan siapa yang akan menjadi penguasa baru di dunia Arab nanti? Bagaiman penguasa yang baru nanti, sikap mereka terhadap Barat? Itulah yang belum dapat diprediksi. (mhdi)