Akhirnya, koalisi baru partai-partai yang tergabung dalam pemerintahan SBY terbentuk. Pemain utamanya bukan lagi Demokrat dan partai-partai Islam. Tapi, Demokrat dan Partai Golkar. Koalisi itu diberi istilah dengan Sekretariat Gabungan atau Setgab.
Dari bentukan koalisi baru ini, otomatis berbagai hal yang pernah terbentuk dalam koalisi lama akan berubah. Misalnya, wewenang Hatta Rajasa sebagai koordinator koalisi tentu akan tergeser dengan sendirinya setelah Ketua Harian sudah tertunjuk. Yaitu, Abu Rizal Bakri yang juga Ketua Umum Partai Golkar.
Inilah mungkin episode kesekian dari rangkaian drama skandal Bank Century yang begitu melelahkan. Setelah Sri Mulyani mundur secara ‘alami’ karena tawaran dari Bank Dunia, Golkar bukan saja merapat kepada koalisi SBY, melainkan juga menjadi bagian dan pemain yang sangat penting dalam koalisi baru ini.
Pertanyaannya, bagaimana nasib partai-partai Islam yang sebelumnya begitu dominan dalam format koalisi lama karena peran Hatta Rajasa dan PKS?
Kalau dilihat dari format koalisi baru, hampir bisa dipastikan peran koordinator koalisi, Hatta Rajasa yang juga ketua umum PAN akan tergantikan secara otomatis oleh Abu Rizal Bakri. Ketua Umum Golkar ini akan punya wewenang untuk mengevaluasi efektivitas partai-partai koalisi, termasuk peran PKS.
Seperti sudah menjadi pemahaman publik bahwa PKS tergolong partai dinilai ‘bandel’ oleh para petinggi partai Demokrat. Berkali-kali, para petinggi Demokrat mengusulkan kepada SBY agar PKS dievaluasi dalam format koalisi. Bahkan, seorang petinggi Demokrat meminta PKS secara legowo mundur dalam partai koalisi.
Dalam beberapa diskusi, pengamat politik LSI, Burhanuddin Muhtadi menyampaikan analisisnya soal nasib yang mungkin terjadi pada PKS usai koalisi baru ini. Tidak tertutup kemungkinan, peran baru Golkar yang dominan dalam koalisi baru akan mendepak porsi menteri dari PKS.
Bahkan, Burhanuddin menyebut dua pos menteri PKS yang kemungkinan akan digusur. Yaitu, menteri pertanian dan ristek. Menteri pertanian nantinya akan diisi oleh Bayu Krisnamurthi yang dinilai dekat dengan Abu Rizal Bakri, sementara menteri Ristek akan diisi oleh kader PAN.
Burhanuddin menjelaskan bahwa langkah ini menandakan bahwa SBY tidak lagi khawatir dengan manuver yang akan dilakukan PKS. Karena minus PKS, koalisi masih cukup kuat. Yaitu 65 persen kekuatan di parlemen.
Jika ini yang akan terjadi, PKS berada pada posisi yang sangat sulit. Mau gabung dengan barisan oposisi masih punya dua menteri, mau tetap koalisi tapi sudah setengah hati.
Tapi, kedatipun konstalasi politik yang sudah tidak ramah bagi PKS, partai ‘dakwah’ itu, tak akan lari dari SBY, karena mereka lebih cinta kepada kekuasaan. m.