Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur’an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Sedangkan kita tau bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur’an adalah wahyu Ilahi.
Setelah memperoleh kemenangan dalam pertempuran atas Persia Sassaniyah, wilayah kekuasaan Byzantium menjadi semakin luas hingga mencapai wilayah Jerusalem.
Untuk merayakan kemenangannya tersebut, Kaisar Herklius menziarahi Gereja Makam Suci, yang terletak di komplek Masjidil Aqsha, Jerusalem Palestina.
Lantas bagaimanakah sikap Nabi SAW terhadap dua kekuatan Adi Daya tersebut kala itu? Apakah Nabi SAW berpihak kepada salah satu diantara dua Super Power yang sedang bertempur itu?
Dari kisah Siroh Nabawwiyah kita mendapatkan informasi tentang bagaimana sikap Nabi SAW dalam menyikapi dua sekutu Adi daya yang notabene mereka selalu bermusuhan sejak dahulu itu karena diantara keduanya memiliki tabiat Ovensif Aktif dalam mengelola kekuasan mereka.
Ternyata Nabi SAW memiliki cara pandang sendiri yang berbeda dengan cara pandang pada umumnya. Justru pada saat Kaisar Heraklius merayakan kemenangannya di Palestina, Rasulullah Muhammad SAW mengambil sikap dengan mengirimi surat kepada Kaisar Heraklius yang memintanya agar mengikuti Islam yang dibawa oleh Nabi SAW.
Dapatkah kita membayangkan hari ini? Pemenang perang atas dua Adi daya besar kala itu yang kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Eropa hingga ke timur tengah yang sedang merayakan kemenangan tetapi justru tiba-tiba diberi surat agar mengikuti Muhammad SAW untuk memeluk Islam? Sedangkan kita tau bahwa kekuasaan Muhammad SAW sendiri baru menguasai wilayah sebesar wilayah Yastrib atau Kota Madinah hari ini.
Belajar dari kisah Siroh Nabawwiyah, kita akan memahami bagaimana Sikap Nabi SAW yang tak mudah terseret arus berbagai macam Propaganda dan pengaruh hegemoni dua kekuatan Persia dan Byzantium kala itu.
Rasulullah Muhammad SAW bukan hanya membawa Umatnya agar tidak larut pada arus hegemoni dua super power dunia kala itu, namun justru sebaliknya, Nabi mengambil sikap dengan mengirim surat kepada kedua kaisar Byzantium dan Kaisar Kisra dari Persia agar kedua Kaisar yang memiliki tabiat imperialisme tersebut memeluk Islam dan mengikuti Nabi SAW.
Inilah sikap Geopolitik Islam ketika diemban oleh Nabi beserta para Sahabat Mulianya dalam menghadapi kekuatan Imperialisme dua sekutu Adidaya dimasanya. Karena Islam memiliki sifat dan Ruhnya sendiri yang lebih sempurna diantara dua kekuatan Imperialisme Adidaya tersebut.
Wallahu a’lam bissowab..
Maha Suci Allah atas segala firman-Nya.. [kk/theglobalreview]
Penulis: Abu Bakar Bamuzaham, Network Associate Global Future Institute (GFI)