Khozinudin: Lima Ciri Ngawur Radikal Ala BNPT

*Kelima,* BNPT menyebut penceramah radikal adalah yang memiliki pandangan anti budaya atau anti kearifan lokal keagamaan. Ini maksudnya apa ?

Kalau budaya itu berimplikasi pada kekufuran, seperti mengorbankan binatang untuk tumbal sesembahan, itu dilarang. Dan umat Islam, meninggalkan budaya seperti ini yang bertentangan dengan akidah Islam.

Kalau budaya itu sejalan dengan Islam, seperti sungkem saat idul Fitri, ini sejalan dengan ajaran birrul walidain. Maka, umat Islam tidak pernah menghalangi bahkan mempraktekkan birrul walidain yang diantaranya dengan sungkem, yakni mencium tangan kedua orang tua, mengajukan permohonan maaf dan meminta ampun kepada keduanya.

Kearifan lokal keagamaan itu apa ? Kalau menyembelih ayam, darahnya ditampung dan digoreng sebagai hidangan, itu bukan kearifan lokal. Islam mengharamkan darah, sehingga hidangan  seperti ini wajib segera ditinggalkan.

Entahlah, BNPT tak paham agama, tapi begitu mudahnya tuding radikal. Satu tudingan yang memecah belah bangsa, merusak kain tenun kebangsaan yang telah dijahit rapih oleh para pendahulu bangsa Indonesia. [Faktakini]