by M Rizal Fadillah
Pemilu memang muamalah dunyawiyah akan tetapi bagi muslim tetap menjadi bagian dari ibadah. Ibadah ghoiro maghdhoh. Bukan ibadah berketentuan ketat syari’at seperti shalat, zakat, shaum atau haji. Memilih anggota legislatif maupun pemimpin eksekutif tidak boleh sembarangan. Pertanggungan jawab bukan semata kepada sesama manusia tetapi juga kepada Allah SWT.
Muslim harus selalu ber-amar ma’ruf nahi munkar. Terus mengajak pada yang baik dan menolak keburukan. Membela kebenaran dan melawan kezaliman. Tidak boleh putus asa atas hasil, semua merupakan ujian apakah berhenti atau berlanjut. Allah berjanji akan memberi kemenangan dunia dan akherat kepada pejuang-pejuang-Nya.
Arogansi kekuasaan berwatak semaunya sebagaimana Fir’aun, Namrud, Abu Jahal, Hitler, Mussolini dan juga Jokowi. Perangkat kekuasaan menjadi alat pengendali untuk mengatur, mengarahkan dan menindas rakyat. Mencekik dan kadang menipu.
Dalam kaitan Pilpres 2024, sangat terbaca peta ma’ruf dan munkar, jujur dan bohong, adil dan zalim. Rezim Jokowi berlaku sewenang-wenang, membuang etik dan moral, serta menghalalkan segala cara demi pencapaian tujuan. Machiavellisme dilakukan sejak rekayasa anak, penyimpangan bantuan dan mobilisasi perangkat pemerintahan.
Sebagaimana telah diduga bahwa upaya terstrukrur sistematik dan masif dilakukan oleh Jokowi bersama Paslon Prabowo Gibran. Beragam modus dilakukan untuk mendapatkan suara agar sesuai disain. Koalisi Masyarakat Sipil menyatakan pada hari pertama saja sudah ditemukan 121 kecurangan. Ada intimidasi, surat suara tercoblos ataupun angka yang diotak atik.
Curang menjadi keniscayaan. Rakyat kembali dibohongi. Quick Count adalah sarana penipuan untuk kelak diatur angka penyesuaian saat Real Count. Ada jutaan cadangan DPT misterius untuk bahan mainan. Perjuangan awal perlawanan adalah mendesak KPU agar menghentikan modus Quick Count. Jangan biarkan Count Dracula merajalela kemana-mana mempengaruhi dan menakut-nakuti.
Perlawanan masih terus berjalan baik di jalur hitung-hitungan angka maupun praktek kenegaraan yang lebih fundamental yakni pemakzulan Jokowi dan perubahan sistem pengelolaan negara. Kecurangan harus dilawan dengan sungguh-sungguh. Pemimpin hasil curang harus ditolak.
Allah Yang Maha Kuasa tentu tidak tidur. Akan ada masa pembuktian kehancuran mereka yang berlaku curang dan zalim. Tidak pernah ada dalam catatan sejarah bahwa kecurangan itu abadi. Ada batas waktu atas perilaku. Jokowi boleh jumawa, begitu juga Prabowo Gibran. Akan tetapi hati nurani tidak bisa dibohongi. Dengan cara apa kekuasaan itu didapat, selayaknya atau buatan ?
Esok adalah hari kemenangan, kekalahan hanya ujian. Bersifat sementara saja. Allah bersama mereka yang berjuang dengan sabar dan gigih. Tangan Allah menaungi kebersamaan “yadullah ma’al jama’ah”.
Bangkit dan rapatkan barisan perjuangan. Count Dracula harus dilumpuhkan.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 15 Februari 2024