Kemampuan seseorang dalam mengingat sesuatu atau kecerdasan dipengaruhi oleh banyaknya jonjot saraf (sinaps) yang ada di otaknya. Banyaknya sinaps dipengaruhi oleh stimulus atau paparan yang didapat sejak bayi lahir, bahkan sejak janin dalam kandungan dan bisa kita lihat dari kemampuan seseorang menjawab atau merespons pertanyaan yang disampaikan.
Saat ceramah dan tanya jawab, UAS sangat piwai menjawab semua pertanyaan jamaah dengan jawaban yang holistis, sistematis, dan mengompilasi beberapa pendapat ulama besar dalam kitab kuning dengan bahasa yang jelas lugas dan sederhana, sehingga pendengar sangat paham secara menyeluruh.
Kecerdasaan UAS juga bisa kita lihat dari karya ilmiah dalam bentuk buku tentang permasalahan agama yang telah dicetak dan menjadi best seller di berbagai penjualannya. Walaupun sesungguhnya bukan keuntungan materi yang diharapkan dari buku tersebut, melainkan media dakwah dalam bentuk tulisan. Buktinya buku tersebut bisa dimiliki dan diunduh gratis di internet.
Bagaimana dengan otak kanan, ternyata UAS juga sangat dominan otak kanannya. Hal ini bisa kita lihat dari kemampuan mengendalikan massa saat ceramah dengan guyonan dan candaan berkelas tinggi sesuai audiennya, memahami perasaan orang lain, memberi solusi dari pertanyaan dengan memakai bahasa lugas, tapi dibalut dengan kelucuan dan membuat bahagia merupakan cermin otak kanannya.
Konsistensi dalam pendapat dan ucapan menunjukkan kerja otak kanan yang luar biasa. Dan justru sikap inilah yang kadang tidak disukai oleh sebagian orang yang merasa terusik dengan pendapat UAS ini. Akibatnya, UAS diperkusi dan dicekal di Bali serta tidak boleh masuk Hongkong karena bisikan gaib dari orang Indonesia yang tidak nyaman dengan fenomena UAS ini.
Pemahaman agama UAS yang holistik, termasuk dalam urusan muamalah dan syiasiyah (berpolitik) kadangkala berbenturan dengan kepentingan politik kelompok lain. Hal inilah kemudian diperlukan kearifan dari UAS dalam berdakwahnya, tetapi tetap menjunjung tinggi kebenaran di antara kemajemukan Indonesia.
Sebagai penutup, tetaplah berdakwah ustaz Somad, sampaikan kebenaran walaupun kadang pahit dirasakan. Percayalah kami tetap ada di belakangmu dan semoga Allah meridai dan melindungi kita semua.[hg/swa]
Oleh: Badrul Munir, Penulis adalah Dokter/Dosen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang/Penulis Buku-Buku Neuroreligi