Sedangkan kerja otak kanan lebih banyak pada hal menalar, memahami, intuisi, merasakan, simpati yang menjadikan seseorang mengembangkan diri di sisi seni dan humanisme. Sebenarnya, teori otak kanan dan kiri ini sudah banyak ditentang oleh ahli neurosains “zaman now, yang mengatakan bahwa kerja otak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pembagian otak kanan dan kiri sudah tidak relevan lagi berdasarkan temuan kedokteran saat ini.
Namun, masih banyak orang yang mempercayai bahwa untuk kesuksesan harus mendominasikan kerja otak kanan. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya pelatihan atau buku yang isinya mengaktifkan otak kanan agar sukses dalam hidupnya.
Teori otak kanan dan kiri ini sangat menarik bila diaplikasikan untuk UAS ini. Bila kita mengikuti ceramah dan membaca perjalanan hidup beliau tampak sekali kecerdasan beliau dalam menghafal dasar-dasar hukum akidah, fikih, dan muamalah.
Bukan hanya menghafal dari Alquran dan hadis, melainkan menukil pendapat beberapa ulama secara perinci dan lengkap, yang dirangkai dan disandingkan dengan bahasa sederhana untuk diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat jadi sangat paham dan tidak menyalahkan perbedaan dalam hal agama yang sering dipertentangkan di masyarakat awam. Poin ini menjadi salah satu kelebihan UAS dibandingkan dai lainnya.
Keluasan dan kedalaman ilmu agama ini bisa dimaklumi mengingat UAS adalah alumnus Universitas Al Azhar dan Maroko yang sangat terkenal itu. Untuk bisa kuliah di sana, UAS harus mengalahkan 900 calon mahasiswa lainnya dengan seleksi yang sangat ketat, tentunya dibutuhkan otak cerdas yang didominasi otak kiri.
Kerja otak kiri UAS sangat sempurna, menurut neurosains memori atau kecerdasan disimpan berdasarkan waktunya. Memori sesaat hanya disimpan di korteks (kulit luar) otak sehingga muda lupa, sedangkan memori jangka pendek disimpan lebih dalam lagi, yakni dibawa korteks sehingga mudah. Memori jangka panjang disimpan di bagian otak yang sangat dalam, yakni di lobus frontalis, temporalis dan hipokampus bagian C1, C2.